Pertamina Klaim Kilang TPPI Irit Devisa
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan bahwa pengoperasian kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) akan mengirit devisa sebesar USD2,2 miliar setahun dari pengurangan impor BBM dan elpiji.
Dia menuturkan, TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 barel per hari (bph) premium, 10.000 bph HOMC, dan 11.500 bph solar. (Baca: Jokowi: Kilang TPPI Menghemat Impor Premium 36%)
"TPPI juga memproduksi elpiji hingga 480 metrik ton/hari," katanya dalam rilis di Jakarta, Rabu (11/11/2015).
Manfaat pengoperasian TPPI ini, kata Dwi, tidak sebatas penghematan devisa, akan tetapi banyak aspek, mulai dari sentimen positif terhadap investasi, ketenagakerjaan, dan efek berganda lainnya.
TPPI dapat mengolah sekitar 100.000 bph kondensat dan atau naphta. Dari pengolahan bahan baku dengan mogas mode akan diperoleh beberapa produk minyak, seperti elpiji, solar, fuel oil, premium, dan HOMC.
"Apabila dioperasikan dengan aromatic mode, TPPI dapat memproduksi petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional," ungkapnya.
Pengoperasian kembali TPPI juga memonetize investasi sebesar USD2,15 miliar yang ditanamkan sebelumnya. "Yang tidak kalah penting, sekitar 700 orang dapat kembali bekerja mengimplementasikan keahliannya di TPPI dan sekitar 2.000 lapangan kerja di sekitar TPPI kembali terbuka sebagai efek berantai dari pengoperasian TPPI," pungkas mantan Bos Semen Indonesia ini.
Turut serta mendampingi presiden dalam kunjungannya ke kilang TPPI, Menteri BUMN Rini Sumarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Gubernur Jawa Timur Sukarwo.
Dia menuturkan, TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 barel per hari (bph) premium, 10.000 bph HOMC, dan 11.500 bph solar. (Baca: Jokowi: Kilang TPPI Menghemat Impor Premium 36%)
"TPPI juga memproduksi elpiji hingga 480 metrik ton/hari," katanya dalam rilis di Jakarta, Rabu (11/11/2015).
Manfaat pengoperasian TPPI ini, kata Dwi, tidak sebatas penghematan devisa, akan tetapi banyak aspek, mulai dari sentimen positif terhadap investasi, ketenagakerjaan, dan efek berganda lainnya.
TPPI dapat mengolah sekitar 100.000 bph kondensat dan atau naphta. Dari pengolahan bahan baku dengan mogas mode akan diperoleh beberapa produk minyak, seperti elpiji, solar, fuel oil, premium, dan HOMC.
"Apabila dioperasikan dengan aromatic mode, TPPI dapat memproduksi petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional," ungkapnya.
Pengoperasian kembali TPPI juga memonetize investasi sebesar USD2,15 miliar yang ditanamkan sebelumnya. "Yang tidak kalah penting, sekitar 700 orang dapat kembali bekerja mengimplementasikan keahliannya di TPPI dan sekitar 2.000 lapangan kerja di sekitar TPPI kembali terbuka sebagai efek berantai dari pengoperasian TPPI," pungkas mantan Bos Semen Indonesia ini.
Turut serta mendampingi presiden dalam kunjungannya ke kilang TPPI, Menteri BUMN Rini Sumarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Gubernur Jawa Timur Sukarwo.
(rna)