IMF Warning Ekonomi Global Berisiko Terus Turun
A
A
A
BEIJING - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa ekonomi global menghadapi risiko terus menurun dalam pertumbuhan sub-par. Negara-negara G20 sebaiknya mengambil reformasi struktural untuk mencegah risiko.
Lembaga yang berbasis di Washington ini merilis Catatan tentang prospek dan tantangan kebijakan global menjelang pertemuan G20 di Antalya, Turki.
"Dengan prospek ekonomi global berulang kali turun selama lima tahun terakhir, ada risiko nyata dari ekonomi dunia terus-menerus terperosok dalam pertumbuhan sub-par, dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi," kata laporan tersebut seperti dikutip dari Global Times, Jumat (13/11/2015).
Hal tersebut menunjukkan tiga transisi signifikan yang membebani prospek global dalam lingkungan meningkatkan ketidakpastian.
"The Federal Reserve (The Fed) siap menormalkan kebijakan moneter, sementara mata uang utama lainnya kemungkinan akan mengurangi lebih lanjut. Perekonomian China mengalami moderasi," ujarnya.
IMF memperingatkan jika transisi tidak berhasil sesuai rencana, maka pertumbuhan global bisa tergelincir. Fed dapat meningkatkan volatilitas pasar keuangan, dengan bergerak berpotensi mengganggu arus modal dan harga aset.
IMF menyerukan reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan di masa depan dengan langkah-langkah permintaan yang efektif.
Di negara berkembang, dukungan permintaan harus hati-hati terhadap kebutuhan. Sementara, IMF memperingatkan rebalancing China menghasilkan dampak situasi global yang besar dan bisa menjadi bergelombang.
IMF mengatakan, ekonomi China perlu transisi menuju jalur pertumbuhan yang lebih lambat, lebih berkelanjutan. Proses transisi dalam jangka pendek kemungkinan akan memerlukan spillovers melalui perdagangan dan komoditas.
Namun, masyarakat internasional harus mendukung China dalam upaya yang sulit ini sejak transisi akan menguntungkan pertumbuhan global dan mengurangi risiko.
IMF memproyeksikan ekonomi global menjadi 3,6% pada 2016, laju tercepat sejak 2011. Negara maju akan terus mendapatkan keuntungan dari kondisi moneter yang mendukung dan harga komoditas yang lebih rendah. Emerging ekonomi pasar juga akan diharapkan dapat untung tahun depan setelah lima tahun mengalami penurunan.
KTT G20 kesepuluh yang akan diselenggarakan pada 15-16 November di Antalya dinilai sangat tepat pada saat ekonomi dunia sedang menghadapi berbagai masalah termasuk perlambatan pertumbuhan, kebijakan berbeda, transisi dan perubahan, serta meningkatkan ketidakpastian.
Lembaga yang berbasis di Washington ini merilis Catatan tentang prospek dan tantangan kebijakan global menjelang pertemuan G20 di Antalya, Turki.
"Dengan prospek ekonomi global berulang kali turun selama lima tahun terakhir, ada risiko nyata dari ekonomi dunia terus-menerus terperosok dalam pertumbuhan sub-par, dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi," kata laporan tersebut seperti dikutip dari Global Times, Jumat (13/11/2015).
Hal tersebut menunjukkan tiga transisi signifikan yang membebani prospek global dalam lingkungan meningkatkan ketidakpastian.
"The Federal Reserve (The Fed) siap menormalkan kebijakan moneter, sementara mata uang utama lainnya kemungkinan akan mengurangi lebih lanjut. Perekonomian China mengalami moderasi," ujarnya.
IMF memperingatkan jika transisi tidak berhasil sesuai rencana, maka pertumbuhan global bisa tergelincir. Fed dapat meningkatkan volatilitas pasar keuangan, dengan bergerak berpotensi mengganggu arus modal dan harga aset.
IMF menyerukan reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan di masa depan dengan langkah-langkah permintaan yang efektif.
Di negara berkembang, dukungan permintaan harus hati-hati terhadap kebutuhan. Sementara, IMF memperingatkan rebalancing China menghasilkan dampak situasi global yang besar dan bisa menjadi bergelombang.
IMF mengatakan, ekonomi China perlu transisi menuju jalur pertumbuhan yang lebih lambat, lebih berkelanjutan. Proses transisi dalam jangka pendek kemungkinan akan memerlukan spillovers melalui perdagangan dan komoditas.
Namun, masyarakat internasional harus mendukung China dalam upaya yang sulit ini sejak transisi akan menguntungkan pertumbuhan global dan mengurangi risiko.
IMF memproyeksikan ekonomi global menjadi 3,6% pada 2016, laju tercepat sejak 2011. Negara maju akan terus mendapatkan keuntungan dari kondisi moneter yang mendukung dan harga komoditas yang lebih rendah. Emerging ekonomi pasar juga akan diharapkan dapat untung tahun depan setelah lima tahun mengalami penurunan.
KTT G20 kesepuluh yang akan diselenggarakan pada 15-16 November di Antalya dinilai sangat tepat pada saat ekonomi dunia sedang menghadapi berbagai masalah termasuk perlambatan pertumbuhan, kebijakan berbeda, transisi dan perubahan, serta meningkatkan ketidakpastian.
(izz)