Yuan Perpanjang Penurunan karena Serangan Paris
A
A
A
SHANGHAI - Yuan perpanjang penurunan untuk hari keempat karena serangan teror di Paris mendorong permintaan untuk aset safe haven termasuk dolar Amerika Serikat (USD), di tengah dukungan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menambahkan mata uang China dalam keranjang mata uang cadangannya (Special Drawing Rights/SDR).
Yuan turun sebanyak 0,11% menjadi penurunan tujuh pekan ke 6,3808/USD di Shanghai, dan turun 0,6% pada pukul 11.05 waktu setempat. Di pasar offshore Hong Kong, yuan melemah 0,12%. Dua belas bulan ke depan, mata uang non-deliverable stabil, setelah terkoreksi 0,42% pada akhir pekan lalu, yang menandai penurunan terbesar dalam dua bulan.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa stafnya telah merekomendasikan mata uang China dimasukkan dalam dana SDR, selain USD, euro, poundsterling dan yen.
Rekomendasi itu membuat pemegang saham utama IMF termasuk Amerika Serikat akan mendukung inklusi jika yuan memenuhi kriteria lembaga yang berbasis di Washington itu. Dewan IMF akan bertemu pada 30 November mendatang.
"Meskipun inklusi SDR merupakan tonggak penting untuk internasionalisasi yuan, persetujuan IMF sebagian besar soal harga dan berita tidak mendukung nilai tukar saat ini," kata ekonom di DBS Bank Hong Kong Ltd Nathan Chow, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (16/11/2015).
Menurut dia, serangan Paris mendorong permintaan safe haven untuk USD dan masih melemahnya perekonomian China sebagai alasan yang membebani yuan. (Baca: Perlawanan Terhadap Terorisme Akan Jadi Agenda Utama G-20)
Bank Rakyat China (PBOC) melemahkan mata uang yuan untuk hari ke-10, terpanjang sejak 2008. Pemangkasan suku bunga acuan, dari mana mata uang diperbolehkan untuk perdagangan sebanyak 2% atau 0,155 menjadi 6,3750/USD, terlemah sejak 25 September 2015.
China mendevaluasi mata uangnya pada 11 Agustus dan kekhawatiran tentang depresiasi lebih lanjut dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, ditambah dengan prospek kenaikan suku bunga AS, memicu rekor dana keluar dan mendorong bank sentral untuk melakukan intervensi mendukung yuan.
"Pasar sekarang mengharapkan PBOC akan memiliki sedikit intervensi valuta asing setelah kesepakatan SDR," kata ahli strategi mata uang di Mizuho Bank Ltd Ken Cheung.
Data PBOC menunjukkan, lembaga keuangan China termasuk bank sentral membeli devisa pada Oktober untuk kali pertama dalam lima bulan, tanda meredanya aliran modal. Aset mata uang asing China meningkat sebesar 12,9 miliar yuan atau setara USD2 milyar, setelah mencetak penurunan sebesar 761 miliar yuan pada September.
"Data menunjukkan bahwa arus modal keluar telah mereda berkat upaya PBOC menstabilkan pasar mata uang," kata Kepala Ekonomi China di Macquarie Securities Ltd Larry Hu.
Namun mengingat kekuatan terbaru USD, dia menjelaskan, yuan masih menghadapi tekanan depresiasi yang kuat dalam waktu dekat. Kendati demikian, dia menuturkan, PBOC tidak akan membiarkan yuan jatuh.
"Tetapi mengingat USD yang kuat, yuan juga akan melemah, tapi tipis dibandingkan dengan sebagian besar mata uang lainnya," imbuhnya.
Yuan turun sebanyak 0,11% menjadi penurunan tujuh pekan ke 6,3808/USD di Shanghai, dan turun 0,6% pada pukul 11.05 waktu setempat. Di pasar offshore Hong Kong, yuan melemah 0,12%. Dua belas bulan ke depan, mata uang non-deliverable stabil, setelah terkoreksi 0,42% pada akhir pekan lalu, yang menandai penurunan terbesar dalam dua bulan.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengumumkan pada akhir pekan lalu bahwa stafnya telah merekomendasikan mata uang China dimasukkan dalam dana SDR, selain USD, euro, poundsterling dan yen.
Rekomendasi itu membuat pemegang saham utama IMF termasuk Amerika Serikat akan mendukung inklusi jika yuan memenuhi kriteria lembaga yang berbasis di Washington itu. Dewan IMF akan bertemu pada 30 November mendatang.
"Meskipun inklusi SDR merupakan tonggak penting untuk internasionalisasi yuan, persetujuan IMF sebagian besar soal harga dan berita tidak mendukung nilai tukar saat ini," kata ekonom di DBS Bank Hong Kong Ltd Nathan Chow, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (16/11/2015).
Menurut dia, serangan Paris mendorong permintaan safe haven untuk USD dan masih melemahnya perekonomian China sebagai alasan yang membebani yuan. (Baca: Perlawanan Terhadap Terorisme Akan Jadi Agenda Utama G-20)
Bank Rakyat China (PBOC) melemahkan mata uang yuan untuk hari ke-10, terpanjang sejak 2008. Pemangkasan suku bunga acuan, dari mana mata uang diperbolehkan untuk perdagangan sebanyak 2% atau 0,155 menjadi 6,3750/USD, terlemah sejak 25 September 2015.
China mendevaluasi mata uangnya pada 11 Agustus dan kekhawatiran tentang depresiasi lebih lanjut dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, ditambah dengan prospek kenaikan suku bunga AS, memicu rekor dana keluar dan mendorong bank sentral untuk melakukan intervensi mendukung yuan.
"Pasar sekarang mengharapkan PBOC akan memiliki sedikit intervensi valuta asing setelah kesepakatan SDR," kata ahli strategi mata uang di Mizuho Bank Ltd Ken Cheung.
Data PBOC menunjukkan, lembaga keuangan China termasuk bank sentral membeli devisa pada Oktober untuk kali pertama dalam lima bulan, tanda meredanya aliran modal. Aset mata uang asing China meningkat sebesar 12,9 miliar yuan atau setara USD2 milyar, setelah mencetak penurunan sebesar 761 miliar yuan pada September.
"Data menunjukkan bahwa arus modal keluar telah mereda berkat upaya PBOC menstabilkan pasar mata uang," kata Kepala Ekonomi China di Macquarie Securities Ltd Larry Hu.
Namun mengingat kekuatan terbaru USD, dia menjelaskan, yuan masih menghadapi tekanan depresiasi yang kuat dalam waktu dekat. Kendati demikian, dia menuturkan, PBOC tidak akan membiarkan yuan jatuh.
"Tetapi mengingat USD yang kuat, yuan juga akan melemah, tapi tipis dibandingkan dengan sebagian besar mata uang lainnya," imbuhnya.
(rna)