Menperin Cegah Industri Perikanan Gunakan Formalin

Selasa, 17 November 2015 - 16:34 WIB
Menperin Cegah Industri Perikanan Gunakan Formalin
Menperin Cegah Industri Perikanan Gunakan Formalin
A A A
DONGGALA - Produksi ikan laut Indonesia yang melimpah harus diimbangi pasokan es balok yang mencukupi. Pabrik pembuatan es diperlukan untuk mencegah penggunaan formalin dalam mengawetkan ikan.

Kekurangan es balok menyebabkan kualitas ikan menurun dan tidak diterima pabrik pengolahan, dan banyak praktik ikan segar yang diawetkan dengan formalin.

"Jadi pabrik es balok ini memiliki efek berantai. Ikan yang didinginkan memiliki nilai lebih tinggi, industri mendapat jaminan pasokan dan kesehatan konsumen dilindungi," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, usai meresmikan pabrik es balok di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perikanan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (17/11/2015).

Peresmian itu bertajuk "Meningkatkan Teknologi Proses Pendinginan Guna Memperpanjang Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Perikanan".

Turut hadir Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Bupati Donggala Kasman Lassa dan Bupati Parigi Moutong Samsul Risal Tombolo, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Euis Saedah, dan Ses Ditjen Industri Agro Kemenperin Enny Ratnaningtyas.

Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, target produksi perikanan nasional dalam kurun waktu 5 tahun mendatang setiap tahun sebesar 20,05 juta ton yang terdiri dari 6,08 juta ton ikan tangkap dan 13,97 juta ton ikan budidaya, dengan pertumbuhan PDB perikanan ditargetkan rata-rata 7% setiap tahun hingga 2019.

Saat ini, terdapat sekitar 38 industri pengolahan ikan dengan kapasitas produksi sekitar 350.000 ton/tahun dan tingkat utilisasi baru mencapai rata-rata 58%, dengan target ekspor rata-rata sebesar USD5 miliar setiap tahun.

"Tentunya untuk mencapai target ini, rantai pendingin seperti ketersediaan es balok mempunyai peran yang sangat besar," lanjut Menperin.

Pasokan es balok menjadi solusi bagi industri pengolahan ikan yang selama ini dihadapkan pada beberapa permasalahan. Antara lain, terbatasnya suplai bahan baku yang berkualitas baik karena terbatasnya ketersediaan produk es balok untuk memperpanjang masa simpan hasil tangkapan nelayan selama proses penangkapan di laut dan dalam proses pengiriman dari tempat pendaratan sampai ke pabrik pengolahan ikan.

"Terobosan yang kita lakukan ialah memberikan bantuan mesin dan peralatan pabrik es balok berskala kecil dengan kapasitas 10 ton per hari," terang Saleh.

Kapasitas itu setara dengan 200 batang es balok dengan berat 50 kg per batang. Bantuan mesin dan peralatan pabrik es balok di provinsi Sulawesi Tengah merupakan pabrik es balok ke-13 dari bantuan pabrik es balok yang pernah diberikan di provinsi lain, seperti Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Maluku.

Kemenperin juga berharap adanya sinergi antara instansi terkait tingkat pusat seperti Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Daerah.

Pada saat ini sinergitas tersebut telah diimplementasikan. Kementerian Perindustrian memberikan bantuan mesin dan peralatan es balok, dan pemerintah daerah provinsi menyediakan bangunan dan ketersediaan listrik dan air, serta kementerian Perikanan bekerjasama dengan pemerintah daerah menyediakan fasilitas tempat pendaratan ikan.

"Kami juga berpesan kepada Kabupaten Donggala agar bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan jaringan listrik sehingga pabrik es balok dapat beroperasi secara kontinyu untuk memenuhi es balok di Kabupaten Donggala dan sekitarnya," pungkas Menperin.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6162 seconds (0.1#10.140)