Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dilirik Perbankan
A
A
A
JAKARTA - Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) atau tenaga angin sebagai sumber energi masa depan diminati banyak perbankan.
National Project Director Wind Hybrid Power Generation Badan (WHyPGen) Andhika Prastawa mengatakan, sejumlah bank besar seperti BRI dan Mandiri tadinya hanya tertarik pada pendanaan proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai salah satu energi baru dan terbarukan. Namun, seiring perkembangan teknologi makin banyak kalangan perbankan yang tertarik pada pengembangan energi terbarukan ini.
“Makin banyaknya penemuan teknologi energi terbarukan, semakin banyak pula perbankan tertarik. Salah satunya, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu,” ujar Andhika, dalam forum yang membahas pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu yang melibatkan kalangan perbankan di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (17/11/2015).
WHyPGen adalah proyek pengembangan PLTB yang digarap oleh Balai Besar Teknologi Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TE-BPPT) bekerja sama dengan UNDP. Forum bertajuk 2nd Indonesia Wind Forum 2015 tersebut menghadirkan sejumlah stakeholder dari beberapa kalangan, termasuk perbankan dan lembaga pendanaan.
Mereka antara lain Bank Syariah Mandiri, BNI, Bank Mandiri, Bank Permata, Bank CIMB, Standard Chartered, Bank Pembangunan Asia (ADB), IFC, kfC, Opic.
Andhika mengatakan, keterlibatan perbankan dan lembaga pendanaan dalam pengembangan PLTB sebagai langkah maju. Namun yang menjadi tantangan, pihak perbankan selama ini masih saling menunggu.
"Pihak perbankan selama ini masih menunggu, sekaligus saling membutuhkan. Pembangunan proyek PLTB memerlukan dana sejak perencanaan. Sementara, pihak perbankan masih perlu melihat sampai sejauh mana pembangunan PLTB bisa diwujudkan," ujarnya.
Sebelumnya, pendanaan pengembangan PLTB pernah dilakukan Pemerintah melalui PT Sarana Multi Infrastruktur Persero (SMI) Kementerian Keuangan. Meski begitu, pendanaan tersebut masih bersifat ad-hoc sebagai proyek percontohan dengan tujuan jangka panjang.
"Secara bertahap Indonesia sudah siap. Terbukti dengan hadirnya sejumlah investor atau pengembang PLTB yang berasal dari badan usaha milik negara, swasta serta pemodal luar negeri," pungkasnya.
National Project Director Wind Hybrid Power Generation Badan (WHyPGen) Andhika Prastawa mengatakan, sejumlah bank besar seperti BRI dan Mandiri tadinya hanya tertarik pada pendanaan proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai salah satu energi baru dan terbarukan. Namun, seiring perkembangan teknologi makin banyak kalangan perbankan yang tertarik pada pengembangan energi terbarukan ini.
“Makin banyaknya penemuan teknologi energi terbarukan, semakin banyak pula perbankan tertarik. Salah satunya, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu,” ujar Andhika, dalam forum yang membahas pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu yang melibatkan kalangan perbankan di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (17/11/2015).
WHyPGen adalah proyek pengembangan PLTB yang digarap oleh Balai Besar Teknologi Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TE-BPPT) bekerja sama dengan UNDP. Forum bertajuk 2nd Indonesia Wind Forum 2015 tersebut menghadirkan sejumlah stakeholder dari beberapa kalangan, termasuk perbankan dan lembaga pendanaan.
Mereka antara lain Bank Syariah Mandiri, BNI, Bank Mandiri, Bank Permata, Bank CIMB, Standard Chartered, Bank Pembangunan Asia (ADB), IFC, kfC, Opic.
Andhika mengatakan, keterlibatan perbankan dan lembaga pendanaan dalam pengembangan PLTB sebagai langkah maju. Namun yang menjadi tantangan, pihak perbankan selama ini masih saling menunggu.
"Pihak perbankan selama ini masih menunggu, sekaligus saling membutuhkan. Pembangunan proyek PLTB memerlukan dana sejak perencanaan. Sementara, pihak perbankan masih perlu melihat sampai sejauh mana pembangunan PLTB bisa diwujudkan," ujarnya.
Sebelumnya, pendanaan pengembangan PLTB pernah dilakukan Pemerintah melalui PT Sarana Multi Infrastruktur Persero (SMI) Kementerian Keuangan. Meski begitu, pendanaan tersebut masih bersifat ad-hoc sebagai proyek percontohan dengan tujuan jangka panjang.
"Secara bertahap Indonesia sudah siap. Terbukti dengan hadirnya sejumlah investor atau pengembang PLTB yang berasal dari badan usaha milik negara, swasta serta pemodal luar negeri," pungkasnya.
(dmd)