Rubel Jatuh Terdalam Dibanding Mata Uang Negara Berkembang

Senin, 23 November 2015 - 19:06 WIB
Rubel Jatuh Terdalam...
Rubel Jatuh Terdalam Dibanding Mata Uang Negara Berkembang
A A A
MOSCOW - Rubel jatuh paling dalam dibanding mata uang di pasar negara berkembang, di tengah spekulasi mencairnya hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang hanya sementara.

Selain itu ditekan kekhawatiran terhadap pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pekan ini di Wina, yang diperkirakan tidak akan menghentikan penurunan harga minyak.

Rubel anjlok 1,4% menjadi 65,6780 terhadap USD, paling dalam antara 24 mata uang yang dilacak oleh Bloomberg. Mata uang ini merupakan yangterbaik kedua pada pekan lalu di dunia karena investor berspekulasi sanksi terhadap Rusia bisa mereda setelah meningkatnya hubungan pascaserangan teror di Paris.

"Minyak mengatur gerakan. Tapi pekan lalu rubel juga diuntungkan dari meningkatnya harapan bahwa Rusia dan Barat dapat bekerja sama lebih erat dalam rangka memecahkan konflik di Suriah," kata analis valas di Rabobank Piotr Matys, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (23/11/2015).

Dia menuturkan, komentar dari Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev dan Presiden AS Barack Obama pada pekan lalu mungkin telah melukai harapan tersebut. Rusia harus membuat keputusan strategis tentang Suriah karena AS tidak dalam situasi apapun untuk menyetujui penyelesaian politik perang saudara di Suriah.

Sementara minyak memperpanjang penurunan hari ini di tengah anjloknya harga komoditas, sementara Venezuela memperkirakan harga minyak mentah bisa turun ke USD20-an/barel kecuali OPEC mengambil tindakan untuk menstabilkan pasar. Sebanyak 12 anggota OPEC akan bertemu pada 4 Desember di Wina untuk membahas pagu produksi.

Analis Citigroup mengatakan bahwa rubel terlalu kuat mengingat harga minyak dan mengatakan mata uang akan melemah kecuali minyak naik signifikan. "Nilai tukar yang kuat berarti Rusia mendapat rubel lebih sedikit untuk setiap barel minyak yang dijualnya luar negeri," ujarnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0810 seconds (0.1#10.140)