Produktivitas dan Kompetensi Pekerja Lokal Harus Siap Hadapi MEA

Kamis, 26 November 2015 - 01:27 WIB
Produktivitas dan Kompetensi...
Produktivitas dan Kompetensi Pekerja Lokal Harus Siap Hadapi MEA
A A A
BEKASI - Indonesia berusaha meningkatkan produktivitas dan kompetisi pekerja di Tanah Air agar mampu bersaing di era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, Indonesia menargetkan merebut gelar juara umum dalam ASEAN Skill Competition (ASC) XI.

Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Khairul Anwar mengatakan, pada ASC X 2014 di Hanoi, Vietnam, Indonesia meraih juara ketiga setelah Vietnam dan Malaysia. Sebelumnya, di ASC IX 2012 Jakarta, Indonesia berhasil meraih juara umum.

Dia optimistis pada ASC XI delegasi Indonesia akan meraih juara umum di ajang dua tahunan ini. "Kita optimis 2016 nanti akan merebut juara umum. Sebab skill kita memang bagus tidak kalah dengan negara ASEAN lainnya," kata Khairul, usai membuka Seleksi Peserta ASC XI di Cevest Bekasi, Rabu (25/11/2015)

Dia berharap dalam ajang bergengsi ini dijadikan sebagai proses kinerja teknologi dan skill dalam menghadap era globalisasi. Khususnya MEA yang tahun depan sudah bergulir.

Menurutnya, para peserta seleksi nasional akan mengikuti kegiatan yang berlangsung di beberapa tempat dengan serius dan motivasi kuat.

“Ini merupakan ujian dan banyak hal yang diperolah. Karena itu siapa yang lolos akan mewakili negara di ajang ASC," terangnya.

Pada kesempatan itu, Khairul mengatakan, MEA resmi diberlakukan akhir 2015. Namun memasuki pasar bebas Asia Tenggara itu kesiapan pekerja Indonesia masih belum seperti diharapkan.

Menurutnya, tingkat produktivitas dan kompetensi pekerja lokal masih jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Kita hanya unggul dibanding Filipina, Thailand, Vietnam.

Khairul mengatakan, Indonesia tidak bisa sekedar defensif terhadap serbuan tenaga kerja, barang dan jasa dari negara lain. Tetapi juga harus ofensif melakukan penetrasi pasar negara lain. Soal kompetensi tenaga kerja untuk bidang tertentu Indonesia sudah mumpuni. Namun banyak bidang yang harus perlu ditingkatkan dan diuji kompetensinya sehingga unggul. "Kita tidak kalah dengan pekerja lain. Tapi perlu dipersiapkan lebih baik lagi," tuturnya.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Paud dan Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harris Iskandar menyatakan, point terpenting MEA ialah kebebasan arus tenaga kerja ahli dalam berbagai bidang. Tenaga asing akan membanjiri Indonesia dan persaingan global akan meningkat. Lantas apakah Indonesia sudah siap menghadapi MEA, dia menjawab bukan persoalan mudah untuk menjawabnya.

Menurutnya, maklum sejumlah persoalan klasik masih menghantui ketenagakerjaan, mulai dari masih tingginya angka pengangguran hingga minimnya jumlah tenaga kerja terampil. "Belum lagi ditambah upah dan sistem kerja yang selalu mewarnai persoalan ketenagakerjaan," ungkapnya.

Namun, pemerintah telah memproteksi diri dengan pengembangan manusia berbasis kompetensi yang diatur di UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perangkatnya pun ada yakni lahirnya UU No 13/2003 dan PP No 31/2006 yang menunjang sistem pelatihan dan sertifkasi berbasis kompetensi, serta kebijakan sektoral lainnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0909 seconds (0.1#10.140)