Sudirman Said: Mantan Dirut Petral Tidak Kooperatif
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, dalam proses audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Limited (Petral), tim auditor Kordamentha juga menemukan fakta mantan Direktur Utama Petral tidak kooperatif dalam memberikan keterangan.
Sayang, Sudirman tidak menyebutkan lebih lanjut sosok dirut Petral yang dimaksud tersebut. "Dirut Petral (direksi lama) di dalam audit disebutkan tidak kooperatif," ujarnya di Gedung Ditjen Kelistrikan, Jakarta, Jumat (27/11/2015).
Dia menjelaskan, eks Dirut Petral yang diduga tidak kooperatif itu seringkali mangkir saat ingin dimintai keterangan oleh auditor. Tak hanya itu, saat diminta data terkait proses tender minyak dan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut, sang dirut mengaku laptopnya telah hilang
"Saat diundang interview hanya sekali datang, dan ketika diminta data (terkait proses tender Petral) dibilang laptopnya hilang. Ini yang menjadi terlalu jelas," imbuhnya.
Mantan Bos Pindad ini menambahkan, hasil audit forensik tersebut akan ditindaklanjuti lebih lanjut oleh penegak hukum. Terlebih, pihaknya bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno telah berkonsultasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"KPK sudah minta laporan dari Pertamina. Kami dari pemerintah siap sedia apabila dimintai keterangan juga," tandasnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menonaktifkan empat orang pejabat setingkat manajer yang bertugas di Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Hal ini lantaran mereka diduga bekerja sama alias kongkalikong dengan pihak luar terkait tender pengadaan minyak dan bahan bakar minyak (BBM) oleh Petral. (Baca: Empat Manajer Petral Dinonaktifkan)
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menuturkan, keempat orang ini bekerja sama dengan pihak luar dan membuat harga minyak dan BBM yang dibeli Petral menjadi lebih mahal. Setelah Petral dibubarkan, empat orang manajer ini telah lebih dahulu ditarik ke Pertamina. Kemudian pasca hasil audit keluar, manajemen perseroan memutuskan untuk membebastugaskan keempat pejabat tersebut.
"Yang empat orang itu sudah kita nonaktifkan sambil kita investigasi lebih lanjut. Sekarang (setelah Petral dibekukan) udah ditarik di Pertamina. (Kesalahannya) dia kerja sama dengan pihak luar sehingga membuat harga lebih mahal," ujarnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/11/2015).
Dwi mengungkapkan, pasca terkuaknya hasil audit Petral ini perseroan akan terus memperbaiki sistem dan prosedur pengadaan minyak dan BBM. Ini dilakukan guna mencegah anomali di masa lalu terjadi kembali.
Sayang, Sudirman tidak menyebutkan lebih lanjut sosok dirut Petral yang dimaksud tersebut. "Dirut Petral (direksi lama) di dalam audit disebutkan tidak kooperatif," ujarnya di Gedung Ditjen Kelistrikan, Jakarta, Jumat (27/11/2015).
Dia menjelaskan, eks Dirut Petral yang diduga tidak kooperatif itu seringkali mangkir saat ingin dimintai keterangan oleh auditor. Tak hanya itu, saat diminta data terkait proses tender minyak dan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut, sang dirut mengaku laptopnya telah hilang
"Saat diundang interview hanya sekali datang, dan ketika diminta data (terkait proses tender Petral) dibilang laptopnya hilang. Ini yang menjadi terlalu jelas," imbuhnya.
Mantan Bos Pindad ini menambahkan, hasil audit forensik tersebut akan ditindaklanjuti lebih lanjut oleh penegak hukum. Terlebih, pihaknya bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno telah berkonsultasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"KPK sudah minta laporan dari Pertamina. Kami dari pemerintah siap sedia apabila dimintai keterangan juga," tandasnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menonaktifkan empat orang pejabat setingkat manajer yang bertugas di Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Hal ini lantaran mereka diduga bekerja sama alias kongkalikong dengan pihak luar terkait tender pengadaan minyak dan bahan bakar minyak (BBM) oleh Petral. (Baca: Empat Manajer Petral Dinonaktifkan)
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menuturkan, keempat orang ini bekerja sama dengan pihak luar dan membuat harga minyak dan BBM yang dibeli Petral menjadi lebih mahal. Setelah Petral dibubarkan, empat orang manajer ini telah lebih dahulu ditarik ke Pertamina. Kemudian pasca hasil audit keluar, manajemen perseroan memutuskan untuk membebastugaskan keempat pejabat tersebut.
"Yang empat orang itu sudah kita nonaktifkan sambil kita investigasi lebih lanjut. Sekarang (setelah Petral dibekukan) udah ditarik di Pertamina. (Kesalahannya) dia kerja sama dengan pihak luar sehingga membuat harga lebih mahal," ujarnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/11/2015).
Dwi mengungkapkan, pasca terkuaknya hasil audit Petral ini perseroan akan terus memperbaiki sistem dan prosedur pengadaan minyak dan BBM. Ini dilakukan guna mencegah anomali di masa lalu terjadi kembali.
(dmd)