JK Sentil Otoritas Moneter
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Muhammad Jusuf Kalla kembali menyentil otoritas moneter, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter. Menurut Kalla, Indonesia akan kesulitan bersaing dengan negara-negara satu kawasan selama bunga masih tinggi.
Kalla mengatakan, negara-negara ASEAN, terutama Vietnam yang menjadi saingan Indonesia, memiliki bunga yang relatif rendah sekitar 5%. Hal ini, kata dia, harus segera diantisipasi.
"Pelajaran dasar ekonomi, semester I, bunga naik investasi turun," kata dia saat berpidato dalam sebuah acara di Jakarta, Jumat (4/12/2015) malam
Pernyataan Kalla tersebut mengundang gelak tawa dari para tamu undangan yang merupakan para akademisi di bidang ekonomi. Salah satu tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut adalah Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara.
Kalla mengatakan, tingginya bunga yang ditetapkan oleh BI membuat biaya ekonomi para investor untuk berbisnis menjadi tinggi. Padahal, Indonesia saat ini membutuhkan investasi yang tinggi di tengah kondisi ekonomi yang melambat.
Bunga rendah, kata Kalla, akan mendorong investasi lebih cepat. Selain itu, lanjut dia, hal itu juga akan menggairahkan ekonomi nasional yang sesungguhnya ditopang oleh tiga kekuatan, yaitu sektor industri, sektor riil, dan sektor jasa.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu memahami bahwa BI merupakan otoritas yang independen. JK menyebutkan, BI bertugas menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi, sementara pemerintah bertugas mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penciptaan lapangan pekerjaan.
"Meskipun independen, saya ingatkan bahwa dalam UU BI yang diubah tahun 2004 pasal 7 mengatakan, BI dalam menjalankan tugas pokoknya harus mempertimbangkan kebijakan perekonomian pemerintah," ucapnya.
Kalla mengatakan, pemerintah selalu mengundang BI dalam setiap sidang kabinet. Dia pun mengusulkan agar dalam setiap rapat dewan gubernur (RDG), menteri dari pemerintah bisa ikut terlibat. "Ini penting," ujar Kalla yang kembali disambut tawa.
Saat dimintai tanggapan terkait pernyataan Kalla usai acara, Mirza enggan berkomentar. Dia hanya tersenyum kepada jurnalis sepanjang perjalanan menuju mobilnya.
Kalla mengatakan, negara-negara ASEAN, terutama Vietnam yang menjadi saingan Indonesia, memiliki bunga yang relatif rendah sekitar 5%. Hal ini, kata dia, harus segera diantisipasi.
"Pelajaran dasar ekonomi, semester I, bunga naik investasi turun," kata dia saat berpidato dalam sebuah acara di Jakarta, Jumat (4/12/2015) malam
Pernyataan Kalla tersebut mengundang gelak tawa dari para tamu undangan yang merupakan para akademisi di bidang ekonomi. Salah satu tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut adalah Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara.
Kalla mengatakan, tingginya bunga yang ditetapkan oleh BI membuat biaya ekonomi para investor untuk berbisnis menjadi tinggi. Padahal, Indonesia saat ini membutuhkan investasi yang tinggi di tengah kondisi ekonomi yang melambat.
Bunga rendah, kata Kalla, akan mendorong investasi lebih cepat. Selain itu, lanjut dia, hal itu juga akan menggairahkan ekonomi nasional yang sesungguhnya ditopang oleh tiga kekuatan, yaitu sektor industri, sektor riil, dan sektor jasa.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu memahami bahwa BI merupakan otoritas yang independen. JK menyebutkan, BI bertugas menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi, sementara pemerintah bertugas mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penciptaan lapangan pekerjaan.
"Meskipun independen, saya ingatkan bahwa dalam UU BI yang diubah tahun 2004 pasal 7 mengatakan, BI dalam menjalankan tugas pokoknya harus mempertimbangkan kebijakan perekonomian pemerintah," ucapnya.
Kalla mengatakan, pemerintah selalu mengundang BI dalam setiap sidang kabinet. Dia pun mengusulkan agar dalam setiap rapat dewan gubernur (RDG), menteri dari pemerintah bisa ikut terlibat. "Ini penting," ujar Kalla yang kembali disambut tawa.
Saat dimintai tanggapan terkait pernyataan Kalla usai acara, Mirza enggan berkomentar. Dia hanya tersenyum kepada jurnalis sepanjang perjalanan menuju mobilnya.
(dyt)