Rupiah Menguat Atas Dua Mata Uang Ini Selama November
Rupiah Menguat Atas Dua Mata Uang Ini Selama November
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menjelaskan rupiah sempat menguat atas dua mata uang, yen Jepang dan euro pada November lalu. Meski begitu rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Dia menjelaskan, penguatan mata uang Garuda terhadap yen Jepang sebesar 0,62% atau 0,69 poin menjadi Rp111,37/yen dan terhadap euro menguat 2,59% atau 387,07 poin menjadi Rp14.584,78/euro.
"Rupiah memang menguat dengan yen dan euro namun melemah terhadap dolar AS dan dolar Australia dibandingkan terhadap Oktober lalu," ungkapnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Sementara itu untuk USD, rupiah melemah 0,63% atau 86,07 poin menjadi Rp13.657,63/USD. Sementara terhadap dolar Australia melemah 1,83% atau 177,54 poin menjadi Rp9.895,73/AUS.
Dijelaskannya untuk level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap USD adalah di Kalimantan Utara, dengan Rp 13.348/USD dan level terendah ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Rp13.740. "Untuk apresiasi terbesar terhadap USD itu paling besar di Kalimantan Utara dengan 2,78%, dan depresiasi terbesar ada di Sulawesi Tenggara dengan 3,88%," ujarnya.
Dia menjelaskan, penguatan mata uang Garuda terhadap yen Jepang sebesar 0,62% atau 0,69 poin menjadi Rp111,37/yen dan terhadap euro menguat 2,59% atau 387,07 poin menjadi Rp14.584,78/euro.
"Rupiah memang menguat dengan yen dan euro namun melemah terhadap dolar AS dan dolar Australia dibandingkan terhadap Oktober lalu," ungkapnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Sementara itu untuk USD, rupiah melemah 0,63% atau 86,07 poin menjadi Rp13.657,63/USD. Sementara terhadap dolar Australia melemah 1,83% atau 177,54 poin menjadi Rp9.895,73/AUS.
Dijelaskannya untuk level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap USD adalah di Kalimantan Utara, dengan Rp 13.348/USD dan level terendah ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Rp13.740. "Untuk apresiasi terbesar terhadap USD itu paling besar di Kalimantan Utara dengan 2,78%, dan depresiasi terbesar ada di Sulawesi Tenggara dengan 3,88%," ujarnya.
(akr)
Explore More