Ekonom UI: Kerugian Musibah Asap Tahun Ini Rp200 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya mengungkapkan, kerugian yang dialami Indonesia akibat musibah asap pada tahun ini mencapai Rp200 triliun.
"Akibat asap, Rp200 triliun hilang gara-gara asap di luar kesehatan. Jangan sampai terulang tahun depan terjadi lagi," ujarnya di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Menurut Berly, masalah munculnya kerugian material dari musibah kebakaran lahan di beberapa wilayah Tanah Air menjadi satu faktor yang menghantui Indonesia tahun depan.
"Masalah ekonomi yang kita hadapi tahun depan masih ada tiga. Pertama harga beras, kemudian kebijakan pemerintah, lalu kerugian dari musibah asap, harus dicatat jangan sampai hilang lagi Rp200 triliun," kata Berly.
Sementara, beberapa masalah ekonomi yang sudah selesai tahun ini, seperti birokrasi pemerintahan yang sudah selesai dan adanya kepastian suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
"Kita review di tahun ini ada lima masalah besar, dua sudah selesai dengan baik. Yang baik dari segi penyerapan anggaran dan ganti-ganti dirjen tidak terjadi lagi tahun depan, beres secara struktural. Kedua, hantu The Fed, sehari setelah Fed rate naik, saham dan obligasi Indonesia positif nomor dua setelah Thailand," pungkasnya.
"Akibat asap, Rp200 triliun hilang gara-gara asap di luar kesehatan. Jangan sampai terulang tahun depan terjadi lagi," ujarnya di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Menurut Berly, masalah munculnya kerugian material dari musibah kebakaran lahan di beberapa wilayah Tanah Air menjadi satu faktor yang menghantui Indonesia tahun depan.
"Masalah ekonomi yang kita hadapi tahun depan masih ada tiga. Pertama harga beras, kemudian kebijakan pemerintah, lalu kerugian dari musibah asap, harus dicatat jangan sampai hilang lagi Rp200 triliun," kata Berly.
Sementara, beberapa masalah ekonomi yang sudah selesai tahun ini, seperti birokrasi pemerintahan yang sudah selesai dan adanya kepastian suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
"Kita review di tahun ini ada lima masalah besar, dua sudah selesai dengan baik. Yang baik dari segi penyerapan anggaran dan ganti-ganti dirjen tidak terjadi lagi tahun depan, beres secara struktural. Kedua, hantu The Fed, sehari setelah Fed rate naik, saham dan obligasi Indonesia positif nomor dua setelah Thailand," pungkasnya.
(dmd)