Lima Negara Paling Terpuruk Pasca Harga Minyak Dunia Runtuh
A
A
A
LONDON - Harga minyak di pasar global kini semakin runtuh di bawah USD37 per barel, setelah sebelumnya pada pertengahan 2014 mampu mencapai lebih dari USD100 per barel. Hal ini lantaran stok melimpah minyak dunia ketika organisasi negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) tidak berhenti produksi, serta menurunnya permintaan dari China dan beberapa negara lainnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot 35% Sepanjang 2015)
Negara-negara yang memproduksi minyak mentah dunia semakin hancur oleh harga komoditas yang semakin rendah tersebut. Surplus anggaran yang besar langsung berubah menjadi defisit. Bahkan, kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh para dermawan dari perusahaan-perusahaan minyak kini digantikan dengan aksi penghematan dan pemotongan. Seperti dilansir dari CNNMoney, berikut lima negara yang terkena imbas paling dalam atas runtuhnya harga minyak dunia:
Venezuela
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Pemerintahannya selama bertahun-tahun menggunakan dana dari hasil produksi minyak untuk membayar pensiun, perawatan kesehatan, jasa sosial dan bahkan untuk menyubsidi perumahan serta toko.
Namun kini, ekonomi Venezuela berada di ambang kehancuran. Inflasi melonjak lebih dari 150% pada 2015 dan diperkirakan akan meningkat lebih dari 200% tahun ini. Pemerintah pun tidak mampu membayar tagihannya, dan persediaan makanan pokok pun sangat sedikit.
Tak hanya itu, krisis ekonomi telah menyebabkan kekacauan politik. Awal bulan ini, partai oposisi memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan umum (pemilu) untuk pertama kalinya setelah 17 tahun.
Arab Saudi
Minyak menyumbang 75% untuk pendapatan negara, akibatnya keuangan Arab Saudi kini semakin terpuruk. Anggaran defisit pada tahun 2015 pun mencapai USD100 miliar, dan menyebabkan pemerintahan mengumumkan langkah-langkah penghematan untuk menghadapi masa sulit tahun ini.
"Itu sebuah peringatan bahwa produsen minyak di dunia sangat bergantung pada harga yang tinggi untuk menyeimbangkan anggaran dan arus harga yang tidak selalu terjadi kapanpun," ungkap Global Strategist di Societe Generale Kit Juckes seperti dikutip Sindonews di Jakarta, Jumat (1/1/2016).
Nigeria
Nigeria sebagai produsen minyak terbesar di Afrika ini pun kini dalam keadaan sulit. Minyak selama ini menyumbangkan sekitar 75% dari pendapatan pemerintah Nigeria, dan hampir 90% dari ekspor negara tersebut.
Terjun bebasnya harga minyak dunia telah membuat pemerintah tidak mampu membayar tunggakan. Media lokal Nigeria melaporkan bahwa di beberapa daerah, pegawai negeri di negara tersebut belum menerima gaji. Negara ini pun semakin menderita lantaran pemadaman listrik dan kekurangan bahan bakar.
Rusia
Hampir setengah dari pendapatan pemerintah Rusia berasal dari ekspor minyak dan gas. Terjunnya harga minyak dunia langsung berdampak kepada Rusia di tengah sanksi ekonomi Barat kepada Moskow, lantaran keterlibatannya dalam krisis Ukraina.
Anggaran Rusia didasarkan pada harga minyak USD50 per barel, namun kini minyak diperdagangkan sekitar USD37 per barel. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Rusia akan menyusut sebesar 3,8% di tahun 2015 dan 0,6% pada tahun ini.
Irak
Harga minyak rendah telah menghancurkan keuangan Irak, saat negara tersebut sangat membutuhkan penghasilan untuk membiayai perang melawan ISIS. Irak telah memompa sejumlah rekor produksi minyak tahun ini, namun peningkatan produksi belum diimbangi oleh penurunan harga. Negara ini memiliki cadangan minyak besar, tetapi juga membutuhkan investasi yang lebih dalam infrastruktur untuk mengaksesnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot 35% Sepanjang 2015)
Negara-negara yang memproduksi minyak mentah dunia semakin hancur oleh harga komoditas yang semakin rendah tersebut. Surplus anggaran yang besar langsung berubah menjadi defisit. Bahkan, kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh para dermawan dari perusahaan-perusahaan minyak kini digantikan dengan aksi penghematan dan pemotongan. Seperti dilansir dari CNNMoney, berikut lima negara yang terkena imbas paling dalam atas runtuhnya harga minyak dunia:
Venezuela
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Pemerintahannya selama bertahun-tahun menggunakan dana dari hasil produksi minyak untuk membayar pensiun, perawatan kesehatan, jasa sosial dan bahkan untuk menyubsidi perumahan serta toko.
Namun kini, ekonomi Venezuela berada di ambang kehancuran. Inflasi melonjak lebih dari 150% pada 2015 dan diperkirakan akan meningkat lebih dari 200% tahun ini. Pemerintah pun tidak mampu membayar tagihannya, dan persediaan makanan pokok pun sangat sedikit.
Tak hanya itu, krisis ekonomi telah menyebabkan kekacauan politik. Awal bulan ini, partai oposisi memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan umum (pemilu) untuk pertama kalinya setelah 17 tahun.
Arab Saudi
Minyak menyumbang 75% untuk pendapatan negara, akibatnya keuangan Arab Saudi kini semakin terpuruk. Anggaran defisit pada tahun 2015 pun mencapai USD100 miliar, dan menyebabkan pemerintahan mengumumkan langkah-langkah penghematan untuk menghadapi masa sulit tahun ini.
"Itu sebuah peringatan bahwa produsen minyak di dunia sangat bergantung pada harga yang tinggi untuk menyeimbangkan anggaran dan arus harga yang tidak selalu terjadi kapanpun," ungkap Global Strategist di Societe Generale Kit Juckes seperti dikutip Sindonews di Jakarta, Jumat (1/1/2016).
Nigeria
Nigeria sebagai produsen minyak terbesar di Afrika ini pun kini dalam keadaan sulit. Minyak selama ini menyumbangkan sekitar 75% dari pendapatan pemerintah Nigeria, dan hampir 90% dari ekspor negara tersebut.
Terjun bebasnya harga minyak dunia telah membuat pemerintah tidak mampu membayar tunggakan. Media lokal Nigeria melaporkan bahwa di beberapa daerah, pegawai negeri di negara tersebut belum menerima gaji. Negara ini pun semakin menderita lantaran pemadaman listrik dan kekurangan bahan bakar.
Rusia
Hampir setengah dari pendapatan pemerintah Rusia berasal dari ekspor minyak dan gas. Terjunnya harga minyak dunia langsung berdampak kepada Rusia di tengah sanksi ekonomi Barat kepada Moskow, lantaran keterlibatannya dalam krisis Ukraina.
Anggaran Rusia didasarkan pada harga minyak USD50 per barel, namun kini minyak diperdagangkan sekitar USD37 per barel. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Rusia akan menyusut sebesar 3,8% di tahun 2015 dan 0,6% pada tahun ini.
Irak
Harga minyak rendah telah menghancurkan keuangan Irak, saat negara tersebut sangat membutuhkan penghasilan untuk membiayai perang melawan ISIS. Irak telah memompa sejumlah rekor produksi minyak tahun ini, namun peningkatan produksi belum diimbangi oleh penurunan harga. Negara ini memiliki cadangan minyak besar, tetapi juga membutuhkan investasi yang lebih dalam infrastruktur untuk mengaksesnya.
(akr)