Dampak Ketegangan Arab Saudi-Iran terhadap Minyak Sulit Diprediksi
A
A
A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mengaku sulit memprediksi dampak ketegangan di Timur Tengah yang terjadi antara Arab Saudi dan Iran terhadap harga minyak dunia. Terlebih, keduanya adalah produsen minyak dunia terbesar.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengemukakan, pihaknya belum bisa memprediksi apakah kedua negara kaya minyak ini akan mengendorkan produksi minyaknya atau justru semakin menggenjot produksi. Pada akhirnya semakin membuat harga minyak dunia semakin terpuruk. Saat ini saja harga minyak dunia sudah jatuh hingga ke level USD30 per barel.
"Jadi mengenai perkembangan di Timur Tengah kami tidak tahu apa ketegangan ini berdampak ke harga minyak atau enggak," tegasnya di Wisma Mulia, Jakarta, Selasa (5/1/2016). (Baca: Minyak Dunia Runtuh, Investasi hingga Eksplorasi Migas Ikut Jatuh)
Sementara terkait serangan Rusia terhadap penjualan minyak yang dikuasai ISIS, lanjut Amien, dampaknya terhadap gejolak harga minyak dunia tidak terlampau besar. Pasalnya, ekspor minyak ilegal yang dilakukan militan ISIS lewat Turki tersebut volumenya tidak terlalu besar.
"Kami juga amati, serangan Rusia terhadap minyak yang dikuasai ISIS, itu sudah dilakukan tapi tidak berpengaruh ke harga minyak, mungkin karena volume kecil. Tapi kalau Arab Saudi-Iran, kami tidak tahu akan berdampak ke harga minyak atau enggak," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil tetap Rusia di PBB, Vitaly Churkin mengatakan, ISIS menghasilkan USD1,5 juta per hari dari ekspor minyak ilegal dengan mayoritas sumber daya energi itu dijual melalui Turki. (Baca: Kendala Pertamina Beli Minyak Chevron dan Exxon)
"Mereka menyeberangi perbatasan dengan bebas dan menjalin kontak langsung dengan para pemimpin ISIS dan menyepakati penawaran," kata Churkin pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip dari laman TASS, Jumat (18/12/2015).
Diungkapkan Churkin, dalam sejumlah kasus, minyak ilegal tersebut dikirimkan menggunakan ribuan tanker yang bepergian melalui pos pemeriksaan dari Karkamis, Akcakale, dan lain-lain. "Berbagai perusahaan Turki, termasuk Serii di Konya dan Sam Otomotiv di Antakya terlibat dalam memasok minyak milik ISIS," ungkap Churkin.
Churkin kemudian mengatakan, serangan udara Rusia pada sejumlah target milik ISIS di Suriah secara signifikan mengurangi jumlah ekspor minyak ilegal ISIS. Namun, ISIS menggunakan alternatif sumber pembiayaan, termasuk sumber daya alam lain, pertanian, dan industri yang mampu menghasilkan pemasukan hingga USD700 juta per tahun.
DK PBB dengan suara bulat mensahkan resolusi yang mewajibkan setiap negara untuk memutus pembiayaan dan sejumlah dukungan lain untuk kelompok ISIS, Al-Qaeda, dan afiliasinya baik itu perseorangan, kelompok, perusahaan maupun organisasi
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengemukakan, pihaknya belum bisa memprediksi apakah kedua negara kaya minyak ini akan mengendorkan produksi minyaknya atau justru semakin menggenjot produksi. Pada akhirnya semakin membuat harga minyak dunia semakin terpuruk. Saat ini saja harga minyak dunia sudah jatuh hingga ke level USD30 per barel.
"Jadi mengenai perkembangan di Timur Tengah kami tidak tahu apa ketegangan ini berdampak ke harga minyak atau enggak," tegasnya di Wisma Mulia, Jakarta, Selasa (5/1/2016). (Baca: Minyak Dunia Runtuh, Investasi hingga Eksplorasi Migas Ikut Jatuh)
Sementara terkait serangan Rusia terhadap penjualan minyak yang dikuasai ISIS, lanjut Amien, dampaknya terhadap gejolak harga minyak dunia tidak terlampau besar. Pasalnya, ekspor minyak ilegal yang dilakukan militan ISIS lewat Turki tersebut volumenya tidak terlalu besar.
"Kami juga amati, serangan Rusia terhadap minyak yang dikuasai ISIS, itu sudah dilakukan tapi tidak berpengaruh ke harga minyak, mungkin karena volume kecil. Tapi kalau Arab Saudi-Iran, kami tidak tahu akan berdampak ke harga minyak atau enggak," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil tetap Rusia di PBB, Vitaly Churkin mengatakan, ISIS menghasilkan USD1,5 juta per hari dari ekspor minyak ilegal dengan mayoritas sumber daya energi itu dijual melalui Turki. (Baca: Kendala Pertamina Beli Minyak Chevron dan Exxon)
"Mereka menyeberangi perbatasan dengan bebas dan menjalin kontak langsung dengan para pemimpin ISIS dan menyepakati penawaran," kata Churkin pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip dari laman TASS, Jumat (18/12/2015).
Diungkapkan Churkin, dalam sejumlah kasus, minyak ilegal tersebut dikirimkan menggunakan ribuan tanker yang bepergian melalui pos pemeriksaan dari Karkamis, Akcakale, dan lain-lain. "Berbagai perusahaan Turki, termasuk Serii di Konya dan Sam Otomotiv di Antakya terlibat dalam memasok minyak milik ISIS," ungkap Churkin.
Churkin kemudian mengatakan, serangan udara Rusia pada sejumlah target milik ISIS di Suriah secara signifikan mengurangi jumlah ekspor minyak ilegal ISIS. Namun, ISIS menggunakan alternatif sumber pembiayaan, termasuk sumber daya alam lain, pertanian, dan industri yang mampu menghasilkan pemasukan hingga USD700 juta per tahun.
DK PBB dengan suara bulat mensahkan resolusi yang mewajibkan setiap negara untuk memutus pembiayaan dan sejumlah dukungan lain untuk kelompok ISIS, Al-Qaeda, dan afiliasinya baik itu perseorangan, kelompok, perusahaan maupun organisasi
(dmd)