Ekonomi Digital dan Kualitas Hidup Rakyat

Selasa, 12 Januari 2016 - 13:53 WIB
Ekonomi Digital dan...
Ekonomi Digital dan Kualitas Hidup Rakyat
A A A
ISTILAH ekonomi digital semakin sering terdengar di forum-forum publik. Dari semula terkesan teoretis, semakin ke sini semakin menjadi tantangan untuk diterapkan.

Bagi semua pihak yang terkait dengan urusan teknologi informasi dan komunikasi, ini merupakan peluang sekaligus tantangan untuk berperan secara nyata dalam mengubah nasib bangsa, memperbaiki kualitas hidup rakyat Indonesia.

Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat telematika dan berbagai komunitas melek teknologi lainnya?

Mari kita cermati bersama, beberapa hal menyangkut teknologi internet dan digital yang tidak terduga. Pertama , kemajuan teknologi internet dan digital begitu cepat dan semakin tak terbendung lagi. Hal tersebut telah memicu lahirnya berbagai inovasi di segala bidang, termasuk dalam pola hubungan antarmanusia.

Saya tidak berkeberatan jika kemudian sebagian kalangan menerjemahkannya sebagai "Revolusi Digital" saat ini. Pada kenyataannya memang seperti itu.

Internet dan teknologi digital telah secara dominan ikut mengubah tatanan kehidupan manusia di permukaan Bumi. Internet dan teknologi digital telah meruntuhkan semua sekat ruang dan waktu, baik fisik, bahkan sekat-sekat dalam alam pikiran.

Betapa seringnya kita takjub atas munculnya produk digital baru yang menawarkan manfaat lebih baik, lebih mudah, lebih murah, dan lebih canggih.

Kedua , internet dan teknologi digital telah menawarkan peluang dan kesempatan baru bagi siapa saja untuk bisa hidup lebih berkualitas. Tatanan baru dalam hubungan antarmanusia yang tercipta telah menawarkan kesempatan dan peluang bagi siapa saja.

Mereka "para penguasa lama" dengan semua sumber daya yang dimilikinya tak bisa menghalangi terjadinya revolusi ini, atau menisbikan terbukanya kesempatan bagi siapa saja ini.

Dalam hal ini, kita semakin sering menemukan kisah tentang from zero to hero , orang yang semula bukan siapa-siapa, kemudian berhasil membangun eksistensinya dengan memanfaatkan teknologi digital.

Hebatnya, rata-rata tak butuh waktu terlalu lama untuk menjadi setidaknya lumayan "berhasil" sejak memulai dari nol. Internet dan teknologi digital memungkinkan sebuah usaha kecil tetap mendapatkan kesempatan dalam menghadapi perusahaan bermodal besar.

Sebuah UKM yang dikelola di kota kecil, tetap punya kesempatan memasarkan produknya jauh menjangkau batas wilayah daerah bahkan hingga luar negeri.

Pengusaha bermodal pas-pasan tetap bisa bersaing dengan berpromosi melalui media jejaring sosial dengan tarif terjangkau.

Ketiga , adaptasi masyarakat Indonesia yang relatif mudah terhadap perkembangan teknologi. Laju penggunaan layanan internet di Indonesia cukup pesat. Data Kominfo mencatat hingga akhir 2015 setidaknya diperkirakan ada 150 juta pengguna atau 61% dari total penduduk Indonesia.

Jumlah pengguna ini meningkat cukup tajam sekitar 70% dari tahun 2014.Berdasarkan data APJII, sekitar 85% pengguna mengakses internet secara mobile atau menggunakan ponsel.

Angka pengguna internet dan tingkat penggunaan layanan ini sangat tergantung dengan ketersediaan infrastruktur jaringan pendukungnya. Pemerintah menargetkan, internet akan menjangkau setidaknya 560 kabupaten dan kota pada tahun 2018.

Keempat , tersedianya infrastruktur internet cepat. Sejak triwulan keempat 2015, jaringan internet cepat 4G LTE sudah mulai bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia di sebagian wilayah.

Dalam waktu yang tidak akan lama, para operator akan mampu memperluas jangkauannya ke lebih banyak area dan kota. Pemerintah menargetkan pada 2018, internet cepat akan menjangkau 100% wilayah Indonesia.

Ketersediaan jaringan internet cepat 4G LTE ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah sesuai dengan visi mengenai Rencana Pitalebar Indonesia (Indonesia Broadband Plan). Melalui visi ini, pemerintah ingin memanfaatkan internet cepat guna mendorong percepatan pembangunan di segala bidang.

Suatu rencana yang masuk akal dan patut mendapatkan dukungan dari para pelaku industri telematika. Empat hal di atas bisa menjadi dasar yang kuat guna mewujudkan ekonomi digital di Indonesia.

Untuk itu, saya pun tidak ragu untuk menyerukan agar istilah "Ekonomi Digital" tidak hanya sekadar untuk menandai fenomena proses ekonomi akibat dari pemanfaatan teknologi digital, namun juga sebagai peluang bagi upaya meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Berikut beberapa langkah yang bisa kita coba lakukan. Pertama, menghilangkan ketakutan masyarakat awam atas penggunaan layanan internet dan data digital. Perlu kita sadari bahwa sebagian kalangan masyarakat awam belum sepenuhnya percaya atas jaminan keamanan dalam berlangganan layanan internet dan data.

Ketakutan itu disebabkan antara lain oleh perhitungan tarif dan mekanisme charging yang rumit dari operator penyedia layanan, kualitas layanan dalam kecepatan dan kestabilan jaringan yang tidak menentu, juga kurangnya edukasi atas manfaat keberadaan internet dan data digital.

Kedua, menciptakan layanan dan ekosistem terkait yang berbasis pada komunitas masyarakat dan juga profesi. Misalnya aplikasi untuk nelayan, bagi petani, pedagang kecil, pelaku UKM, pegawai pabrik, dan seterusnya.

Ada juga aplikasi untuk komunitasmasyarakat desa, masyarakat kota, aparat perdesaan, aparat pemerintah kota, kaum perempuan, dan seterusnya. Aplikasi-aplikasi tersebut harus bersifat simpel, mudah dipakai, murah, dan mampu mendukung kinerja masing-masing profesi dan aktivitas utama sehari-hari.

Keberadaan aplikasi-aplikasi seperti ini selain menunjang peningkatan kinerja masyarakat, juga sekaligus mengedukasi bagaimana memanfaatkan internet dan teknologi digital secara tepat sehat.

Ketiga, meningkatkan jangkauan layanan internet cepat hingga ke wilayah yang lebih luas lagi, hingga terwujud kondisi layanan yang merata sampai ke seluruh pelosok negeri.

Pemerataan wilayah jangkauan ini akan sangat membantu masyarakat di pelosok daerah untuk bisa ikut memanfaatkan internet dan data digital.

Khusus dalam upaya pemerataan jangkauan internet cepat, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan mengingat pembangunan infrastruktur membutuhkan investasi besar dan waktu yang tidak bisa singkat.

Ide mengenai sharing infrastruktur antaroperator, baik infrastruktur aktif maupun pasif, baik infrastruktur pasif maupun aktif, perlu didukung dan diimplementasikan. Begitu juga penerapan inovasi teknologi yang bisa memungkinkan penempatan BTS hingga di pelosok daerah secara simpel.

Sebagai penutup, ekonomi digital tak akan ada artinya jika kemudian hanya kembali menyerahkan segala sumber daya digital yang serbacanggih itu kepada ”para penguasa lama”.

Ekonomi digital harus diartikan sebagai peluang baru bagi siapa saja rakyat Indonesia untuk bisa memperbaiki kualitas hidupnya, bisa meraih kesejahteraan.

Jika kesempatan ini bisa dimanfaatkan secara efektif, cita-cita bangsa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur bisa terwujud pula. Saya yakin, kita pasti bisa.

Dian Siswarini
CEO XL Axiata
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0884 seconds (0.1#10.140)