Martina Berto Rugi Kurs Rp10 Miliar Tahun Lalu
A
A
A
JAKARTA - PT Martina Berto Tbk (MBTO) pada tahun lalu mengalami rugi kurs sebesar Rp10 miliar. Angka ini dinilai besar mengingat kurs rupiah 2015 mencapai level Rp14 ribu/USD.
Hal tersebut berdampak pada laba MBTO yang flat bahkan turun sedikit tahun lalu (full year) meskipun belum diaudit, juga dikarenakan perusahaan banyak lakukan investasi.
"Ya full year tahun lalu kita rugi kurs Rp10 miliar. Kalau pertumbuhan laba memang presentsenya turun ya, 10 persenan dari tahun sebelumnya. Karena kita banyak melakukan investasi di marketing dan sales, lalu pelemahan kurs rupiah ke USD, jadi berdampak," kata Direktur Utama MBTO Bryan Tilaar di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Rabu (13/1/2016).
Selain pelemahan rupiah, perlambatan ekonomi juga turut memengaruhi kinerja perusahaan. Pada awal tahun lalu, Presiden Joko Widodo pernah menyatakan target pertumbuhan ekonomi 5%, namun yang terjadi di bawah angka itu.
"Di awal itu Pak Presiden dan Wakil Presiden mengatakan bahwa target pertumbuhan 5%. Tapi ternyata hanya tumbuh 4,7%. Ini ditandai dengan pelemahan daya beli, karena 60% ekonomi Indonesia disumbang konsumsi. Konsumsi melambat, ekonomi pun melambat, jadi memang 2015 adalah tahun penuh tantangan," papar dia.
Di tengah perlambatan tersebut, Bryan mengaku tetap optimistis kinerja perusahaannya tetap positif. Buktinya, perusahaan tetap bisa mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi penjualan dan pemasaran produk.
"Angka akhir tahun memang belum audited, tapi angka dalam catatan kami ada growth (pertumbuhan) di kisara 3,4% dibanding 2014. Di tengah kondisi ekonomi yang berat, kami bisa tetap tumbuh positif," pungkasnya.
Hal tersebut berdampak pada laba MBTO yang flat bahkan turun sedikit tahun lalu (full year) meskipun belum diaudit, juga dikarenakan perusahaan banyak lakukan investasi.
"Ya full year tahun lalu kita rugi kurs Rp10 miliar. Kalau pertumbuhan laba memang presentsenya turun ya, 10 persenan dari tahun sebelumnya. Karena kita banyak melakukan investasi di marketing dan sales, lalu pelemahan kurs rupiah ke USD, jadi berdampak," kata Direktur Utama MBTO Bryan Tilaar di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Rabu (13/1/2016).
Selain pelemahan rupiah, perlambatan ekonomi juga turut memengaruhi kinerja perusahaan. Pada awal tahun lalu, Presiden Joko Widodo pernah menyatakan target pertumbuhan ekonomi 5%, namun yang terjadi di bawah angka itu.
"Di awal itu Pak Presiden dan Wakil Presiden mengatakan bahwa target pertumbuhan 5%. Tapi ternyata hanya tumbuh 4,7%. Ini ditandai dengan pelemahan daya beli, karena 60% ekonomi Indonesia disumbang konsumsi. Konsumsi melambat, ekonomi pun melambat, jadi memang 2015 adalah tahun penuh tantangan," papar dia.
Di tengah perlambatan tersebut, Bryan mengaku tetap optimistis kinerja perusahaannya tetap positif. Buktinya, perusahaan tetap bisa mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi penjualan dan pemasaran produk.
"Angka akhir tahun memang belum audited, tapi angka dalam catatan kami ada growth (pertumbuhan) di kisara 3,4% dibanding 2014. Di tengah kondisi ekonomi yang berat, kami bisa tetap tumbuh positif," pungkasnya.
(izz)