PLN Klaim Tarif Listrik Indonesia Kompetitif di ASEAN
A
A
A
JAKARTA - Direktur Perencanaan Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Nike Widyawati menampik anggapan bahwa tarif listrik di Indonesia adalah yang termahal di dunia. Dia mengatakan justru untuk kalangan ASEAN, tarif listrik di Tanah Air terbilang masih cukup murah. Menurutnya jika dibandingkan dengan Singapura, tarif listrik Indonesia terbilang cukup murah. Baik untuk sektor tumah tangga ataupun industri besar.
"Siapa bilang kalau listrik kita yang paling mahal di dunia? Di sini bisa dilihat dari data per November 2014 itu yang paling mahal Singapura di antara negara ASEAN. Mereka Rp2.600 per kWh (Kilo Watt Hour) dan jika diekuivalenkan dalam bentuk rupiah, pada industri besarnya Rp1.600," jelasnya di Kantor Pusat PLN, , Rabu (20/1/2016).
(Baca Juga: Kejar Mega Proyek Listrik, PLN Baru Garap 100 MW)
Dia menambahkan pada Indonesia di posisi Januari 2016 untuk rumah tangga sebesar Rp1.409 per kWh dan untuk bidang industri tidak sampai angka Rp1000/kWh atau mencapai Rp940/kWh.
"Jadi, tarif kita bisa dibilang lebih kompetitif bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Karena itulah kita butuh tambahan pasokan listrik kalau ingin mendekati negara tetangga dan meningkatkan ratio elektrifikasi. Program ini (35 ribu MW) yang kemudian diluncurkan 4 Mei 2015 di bantul Jogjakarta," tandasnya.
Sebagai informasi pemerintah baru menyelesaikan proyek pertama dari total target mega proyek listrik sebesar 35 ribu megawatt (MW) yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Gorontalo yang berkapasitas 100 MW dan mulai beroperasi 21 Januari 2016, mendatang.
"Siapa bilang kalau listrik kita yang paling mahal di dunia? Di sini bisa dilihat dari data per November 2014 itu yang paling mahal Singapura di antara negara ASEAN. Mereka Rp2.600 per kWh (Kilo Watt Hour) dan jika diekuivalenkan dalam bentuk rupiah, pada industri besarnya Rp1.600," jelasnya di Kantor Pusat PLN, , Rabu (20/1/2016).
(Baca Juga: Kejar Mega Proyek Listrik, PLN Baru Garap 100 MW)
Dia menambahkan pada Indonesia di posisi Januari 2016 untuk rumah tangga sebesar Rp1.409 per kWh dan untuk bidang industri tidak sampai angka Rp1000/kWh atau mencapai Rp940/kWh.
"Jadi, tarif kita bisa dibilang lebih kompetitif bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Karena itulah kita butuh tambahan pasokan listrik kalau ingin mendekati negara tetangga dan meningkatkan ratio elektrifikasi. Program ini (35 ribu MW) yang kemudian diluncurkan 4 Mei 2015 di bantul Jogjakarta," tandasnya.
Sebagai informasi pemerintah baru menyelesaikan proyek pertama dari total target mega proyek listrik sebesar 35 ribu megawatt (MW) yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Gorontalo yang berkapasitas 100 MW dan mulai beroperasi 21 Januari 2016, mendatang.
(akr)