Indonesia-Malaysia Kerja Sama Listrik di Perbatasan.
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui PT PLN (Persero) dan Malaysia dengan perusahaan listrik negaranya, SESCO menjalin kerja sama memasok kebutuhan listrik. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam upaya tersambungnya interkoneksi jaringan listrik Kalimantan Barat-Serawak.
Interkoneksi listrik dua negara ini terjadi pada 20 Januari, pukul 14.26 WIB, melalui Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (Sutet) 275 kilo Volt (kV) sirkit 1 antara Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (Gitet) Bengkayang dan Gitet Mambong (SESCO Malaysia), setelah melalui beberapa rangkaian pengujian.
Interkoneksi ini merujuk pada perjanjian di dalam Power Exchange Agreement (PEA), di mana PLN Indonesia dan Sesco Malaysia sepakat melakukan jual-beli (Export-Import) tenaga listrik selama 25 tahun.
Untuk 5 tahun pertama, Indonesia akan membeli Listrik dari Malaysia sebesar 50MW saat Lewat Waktu Beban Puncak (LWBP) dan 230MW saat Waktu Beban Puncak (WBP). Sementara untuk 5 tahun berikutnya, PLN memungkinkan untuk menjual listrik ke Malaysia.
Pada tahap awal interkoneksi ini, SESCO Malaysia akan menyalurkan Daya Listrik sebesar 10MW dan secara bertahap akan dinaikkan menjadi 50MW sampai periode akhir Maret 2016. Untuk selanjutnya, Malaysia akan menyuplai 50MW saat LWBP dan 230MW saat WBP.
Selain itu, di dalam perjanjian PEA, PLN membangun Sutet 275kV, serta 2 sirkit sepanjang 82 km dari Gitet Bengkayang ke perbatasan di daerah serikin sehingga total panjang Sutet adalah 127 km.
Saat ini, sistem Kalbar mengalami defsit listrik sebesar 30MW, dengan daya mampu sebesar 240MW. “Dengan masuknya Listrik Malaysia sebesar 50MW ini akan menutupi defisit listrik di Kalbar,” ujar Manajer Senior Publik Relation PLN, Agung Murdifi.
Dia menambahkan impor Listrik dari Malaysia ini merupakan bagian usaha PLN Kalbar dalam rangka mengatasi pemadaman yang sudah lama terjadi di Wilayah Kalbar khususnya di Sistem Khatulistiwa dalam 2 tahun terakhir.
Selain itu PLN Kalbar juga tengah menunggu masuknya PLTU Kalbar 1 (2x50MW), PLTU Kalbar 2 (2x27,5MW) dan PLTU Kalbar 3 (2x55MW) yang sementara ini dalam proses pembangunan. Diharapkan jika semua PLTU dengan kapasitas 265MW telah beroperasi , tidak menutup kemungkinan Kalbar bisa ekspor listrik juga ke Serawak Malaysia melalui jaringan SUTET yang sama.
Import Listrik ini akan memperbaiki Fuel Mix PLN Wilayah Kalbar dengan potensi penghematan 3,5 Milliar per hari. Serta akan memperbaiki BPP (Biaya Pokok Produksi) dari sebelumnya 2700 rp/kWh menjadi 1700 rp/kWh.
Interkoneksi Kalbar-Serawak ini adalah merupakan bagian dari ASEAN GRID pertama untuk Indonesia dan pertama untuk PLN dengan tujuan kerjasama kelistrikan di antara Negara-negara ASEAN. Begitupula untuk SESCO merupakan kerjasama kelistrikan pertama bagi mereka. Sehingga kedua belah pihak baik itu Indonesia dan Malaysia akan saling menguntungkan.
Interkoneksi jaringan listrik Kalbar dan Serawak masuk sebagai salah satu ruas ASEAN Power Grid. Ini adalah proyek intergrasi system kelistrikan regional Asia Tenggara, yang artinya menyambungkan jaringan listrik Negara-negara yang bertetangga dekat. Harapannya, jaringan kelistrikan seluruh Negara ASEAN akan tersambung satu sama lain.
Integrasi sistem listrik memang menjadi salah satu target Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ASEAN menyadari infrastruktur listrik punya peran yang sangat krusial bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan dengan menjamin system yang kuat dan efisien.
Awalnya upaya interkoneksi jaringan listrik sudah muncul sejak pertemuan pertama forum Head of ASEAN Power system Utilities Association (HAPUA). Nota kesepahaman ASEAN Power Grid lahir pada 2007 di Singapura.
Interkoneksi listrik dua negara ini terjadi pada 20 Januari, pukul 14.26 WIB, melalui Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (Sutet) 275 kilo Volt (kV) sirkit 1 antara Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (Gitet) Bengkayang dan Gitet Mambong (SESCO Malaysia), setelah melalui beberapa rangkaian pengujian.
Interkoneksi ini merujuk pada perjanjian di dalam Power Exchange Agreement (PEA), di mana PLN Indonesia dan Sesco Malaysia sepakat melakukan jual-beli (Export-Import) tenaga listrik selama 25 tahun.
Untuk 5 tahun pertama, Indonesia akan membeli Listrik dari Malaysia sebesar 50MW saat Lewat Waktu Beban Puncak (LWBP) dan 230MW saat Waktu Beban Puncak (WBP). Sementara untuk 5 tahun berikutnya, PLN memungkinkan untuk menjual listrik ke Malaysia.
Pada tahap awal interkoneksi ini, SESCO Malaysia akan menyalurkan Daya Listrik sebesar 10MW dan secara bertahap akan dinaikkan menjadi 50MW sampai periode akhir Maret 2016. Untuk selanjutnya, Malaysia akan menyuplai 50MW saat LWBP dan 230MW saat WBP.
Selain itu, di dalam perjanjian PEA, PLN membangun Sutet 275kV, serta 2 sirkit sepanjang 82 km dari Gitet Bengkayang ke perbatasan di daerah serikin sehingga total panjang Sutet adalah 127 km.
Saat ini, sistem Kalbar mengalami defsit listrik sebesar 30MW, dengan daya mampu sebesar 240MW. “Dengan masuknya Listrik Malaysia sebesar 50MW ini akan menutupi defisit listrik di Kalbar,” ujar Manajer Senior Publik Relation PLN, Agung Murdifi.
Dia menambahkan impor Listrik dari Malaysia ini merupakan bagian usaha PLN Kalbar dalam rangka mengatasi pemadaman yang sudah lama terjadi di Wilayah Kalbar khususnya di Sistem Khatulistiwa dalam 2 tahun terakhir.
Selain itu PLN Kalbar juga tengah menunggu masuknya PLTU Kalbar 1 (2x50MW), PLTU Kalbar 2 (2x27,5MW) dan PLTU Kalbar 3 (2x55MW) yang sementara ini dalam proses pembangunan. Diharapkan jika semua PLTU dengan kapasitas 265MW telah beroperasi , tidak menutup kemungkinan Kalbar bisa ekspor listrik juga ke Serawak Malaysia melalui jaringan SUTET yang sama.
Import Listrik ini akan memperbaiki Fuel Mix PLN Wilayah Kalbar dengan potensi penghematan 3,5 Milliar per hari. Serta akan memperbaiki BPP (Biaya Pokok Produksi) dari sebelumnya 2700 rp/kWh menjadi 1700 rp/kWh.
Interkoneksi Kalbar-Serawak ini adalah merupakan bagian dari ASEAN GRID pertama untuk Indonesia dan pertama untuk PLN dengan tujuan kerjasama kelistrikan di antara Negara-negara ASEAN. Begitupula untuk SESCO merupakan kerjasama kelistrikan pertama bagi mereka. Sehingga kedua belah pihak baik itu Indonesia dan Malaysia akan saling menguntungkan.
Interkoneksi jaringan listrik Kalbar dan Serawak masuk sebagai salah satu ruas ASEAN Power Grid. Ini adalah proyek intergrasi system kelistrikan regional Asia Tenggara, yang artinya menyambungkan jaringan listrik Negara-negara yang bertetangga dekat. Harapannya, jaringan kelistrikan seluruh Negara ASEAN akan tersambung satu sama lain.
Integrasi sistem listrik memang menjadi salah satu target Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ASEAN menyadari infrastruktur listrik punya peran yang sangat krusial bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan dengan menjamin system yang kuat dan efisien.
Awalnya upaya interkoneksi jaringan listrik sudah muncul sejak pertemuan pertama forum Head of ASEAN Power system Utilities Association (HAPUA). Nota kesepahaman ASEAN Power Grid lahir pada 2007 di Singapura.
(dmd)