PLN Diminta Incar Pelanggan Industri Baru
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai, PT PLN (Persero) tidak bisa lagi mengharapkan pemasukan dari pelanggan industri berbasis komoditas, seperti pertanian, pertambangan, dan industri. Pasalnya, harga komoditas yang anjlok di pasar global membuat mereka mengerem kegiatan operasionalnya.
(Baca Juga: Faisal Basri Ungkap Penyebab Penjualan Listrik PLN Turun)
Dia mengatakan, saat ini harga seluruh produk komoditas mulai dari minyak sawit, karet, hingga batu bara merosot tajam. Bahkan diperkirakan, harganya masih akan terus tertekan dan baru sedikit balik menguat (rebound) pada 2017.
"Akibatnya sektor-sektor yang diatas (pertanian, pertambangan, dan industri) turun. Pertumbuhan penjualan PLN akan lebih baik performancenya untuk sektor-sektor lain," katanya dalam acara PLN Outlook 2016 di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Menurutnya, sektor pelanggan dari industri berbasis teknologi dan komunikasi, kesehatan, dan pendidikan harus menjadi sasaran baru BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kelistrikan tersebut. Selain itu, sektor industri konstruksi dan jasa bisnis juga bisa dijadikan target baru PLN.
""Jadi kita harus lihat profil pelanggan kita yang dinamis, butuhnya seperti apa, we have to adjust to their needs (kita harus melihat kebutuhan mereka). Jadi more customer oriented (berorientasi pelanggan lain) planningnya PLN," sambungnya.
Jika PLN tetap mempertahankan pelanggan pada industri berbasis komoditas, sambung mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini, pertumbuhannya saat ini hanya 2%. Sementara industri jasa masih di rata-rata 6%.
"Ini harus dilihat tidak cukup PDB (Pendapatan Domestik Bruto) secara keseluruhan, tapi sektoral. Karena kita kehilangan gambaran perubahan mendasar dalam ekonomi indonesia," tandasnya.
(Baca Juga: Faisal Basri Ungkap Penyebab Penjualan Listrik PLN Turun)
Dia mengatakan, saat ini harga seluruh produk komoditas mulai dari minyak sawit, karet, hingga batu bara merosot tajam. Bahkan diperkirakan, harganya masih akan terus tertekan dan baru sedikit balik menguat (rebound) pada 2017.
"Akibatnya sektor-sektor yang diatas (pertanian, pertambangan, dan industri) turun. Pertumbuhan penjualan PLN akan lebih baik performancenya untuk sektor-sektor lain," katanya dalam acara PLN Outlook 2016 di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Menurutnya, sektor pelanggan dari industri berbasis teknologi dan komunikasi, kesehatan, dan pendidikan harus menjadi sasaran baru BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kelistrikan tersebut. Selain itu, sektor industri konstruksi dan jasa bisnis juga bisa dijadikan target baru PLN.
""Jadi kita harus lihat profil pelanggan kita yang dinamis, butuhnya seperti apa, we have to adjust to their needs (kita harus melihat kebutuhan mereka). Jadi more customer oriented (berorientasi pelanggan lain) planningnya PLN," sambungnya.
Jika PLN tetap mempertahankan pelanggan pada industri berbasis komoditas, sambung mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini, pertumbuhannya saat ini hanya 2%. Sementara industri jasa masih di rata-rata 6%.
"Ini harus dilihat tidak cukup PDB (Pendapatan Domestik Bruto) secara keseluruhan, tapi sektoral. Karena kita kehilangan gambaran perubahan mendasar dalam ekonomi indonesia," tandasnya.
(akr)