Bisnis Pesawat Carter Terimbas Anjloknya Harga Minyak
A
A
A
BOGOR - Industri bisnis pesawat carter terimbas anjloknya harga minyak dunia hingga di bawah level USD30/barel, sehingga mengalami kelesuan. Selain itu, juga berimbas terhadap pelaku usaha minyak dan gas (migas).
Direktur Pelaksana PT Indonesia Transport and Infrastructur Tbk (IATA) Wishnu Handoyo mengakui bisnis penerbangan carter saat ini mengalami kendala. Adanya pelemahan harga migas dan komoditas membuat bisnis aviasi golongan tersebut mulai melakukan efisiensi.
"Harga minyak dunia yang hampir USD30/barel membuat bisnis carter di Indonesia akan melakukan efisiensi besar-besaran," ujarnya di Palm Hill Golf Sentul, Bogor, Senin (25/1/2016).
Akibatnya, lanjut dia, pelaku usaha yang bergerak di sektor migas saat ini mulai mengefisiensikan penggunaan pesawat carter untuk operasional.
"Mereka lebih menggunakan transportasi laut dan transportasi darat dari masing-masing perusahaan minyak," kata Wishnu.
Kendati demikian, Wishnu meyakini penurunan harga minyak dunia tidak akan berlangsung lama dan segera pulih kembali tahun ini. IATA juga meyakini seluruh perusahan bisnis carter di Tanah Air akan mampu melakukan penyesuain dengan anjloknya harga minyak dunia.
"Karena, hampir sebagian besar perushaan penerbangan carter melayani perusahan migas, ekplorasi lepas pantai dan juga ada beberapa perushan tambang. Kita akan melakukan penyesuaian," pungkas dia.
Baca: IATA Berharap Harga Avtur RI Ikuti Internasional
Direktur Pelaksana PT Indonesia Transport and Infrastructur Tbk (IATA) Wishnu Handoyo mengakui bisnis penerbangan carter saat ini mengalami kendala. Adanya pelemahan harga migas dan komoditas membuat bisnis aviasi golongan tersebut mulai melakukan efisiensi.
"Harga minyak dunia yang hampir USD30/barel membuat bisnis carter di Indonesia akan melakukan efisiensi besar-besaran," ujarnya di Palm Hill Golf Sentul, Bogor, Senin (25/1/2016).
Akibatnya, lanjut dia, pelaku usaha yang bergerak di sektor migas saat ini mulai mengefisiensikan penggunaan pesawat carter untuk operasional.
"Mereka lebih menggunakan transportasi laut dan transportasi darat dari masing-masing perusahaan minyak," kata Wishnu.
Kendati demikian, Wishnu meyakini penurunan harga minyak dunia tidak akan berlangsung lama dan segera pulih kembali tahun ini. IATA juga meyakini seluruh perusahan bisnis carter di Tanah Air akan mampu melakukan penyesuain dengan anjloknya harga minyak dunia.
"Karena, hampir sebagian besar perushaan penerbangan carter melayani perusahan migas, ekplorasi lepas pantai dan juga ada beberapa perushan tambang. Kita akan melakukan penyesuaian," pungkas dia.
Baca: IATA Berharap Harga Avtur RI Ikuti Internasional
(izz)