Kereta Cepat Tersendat
A
A
A
REALISASI proyek ambisius kereta cepat (high speed train/HST) Jakarta-Bandung yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak semulus rencana yang dibayangkan. Banyak ganjalan dalam pembangunan proyek kerja sama China tersebut.
Pro dan kontra mewarnai pembangunan kereta cepat pertama di Indonesia itu. Proses perizinan dan perjanjian konsesi yang seharusnya sudah rampung masih terlunta-lunta.
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengakui proses perizinan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) hingga kini belum selesai. Hal tersebut mulai dari izin pembangunan prasarana hingga penjanjian konsesi.
Dia menjelaskan, untuk izin pembangunan masih ada sejumlah dokumen yang belum dilengkapi PT KCIC. Izin pembangunan itu di antaranya terkait evaluasi teknis atas rancang bangun yang diajukan badan usaha yang membangun sarana dan prasarana perkeretaapian. "Sekarang kita lagi tunggu dokumentasinya, saya sudah terima tapi belum lengkap," imbuhnya.
Kemudian, lanjut Jonan, terkait izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) banyak catatan yang harus dipenuhi PT KCIC. Meskipun sudah terbit ada catatan dan masukan yang harus diselesaikan. "Memang sudah terbit, dari saya ada banyak catatan, kita kasih masukan. Jadi izin dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) juga menentukan rancang bangun (kereta cepat) oleh badan usaha," jelasnya.
Jonan tidak dapat memastikan kapan izin-izin tersebut bisa selesai. Cepat tidaknya perizinan tergantung pada respons PT KCIC menyelesaikannya. "Saya hanya regulator, masa saya kejar-kejar (KCIC mengurus izin)?" ujarnya.
Jonan menegaskan pihak China Railway International Co Ltd. harus melengkapi beberapa dokumen agar izin pembangunan keluar sehingga pemerintah bisa mulai membangun kereta cepat pertama di Asia Tenggara tersebut. Jika itu tak terpenuhi, sampai kapanpun kereta cepat tidak akan pernah bisa dilanjutkan.
Menurutnya, ada beberapa perjanjian yang masih kurang lengkap dan belum dipenuhi oleh pihak China. "Kalau dokumen tidak terpenuhi, ya jangan harap bisa membangun," ucapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
"Paling penting ada dua hal yang kurang dari mereka. Satu perjanjian konsesi, dimana lagi diproses dan negosiasi. Banyak detailnya. Kedua,? izin pembangunan. Izin pembangunan yakni bukan izin administratif, yang cuma analisa teknis tapi adalah laporan analisis hidgrologi dan hidrolika itu harus ada. Termasuk mekanika tanah," lanjutnya.
Jonan menyebutkan, batas waktu yang diberikan pemerintah Indonesia untuk China agar melengkapi dokumen tersebut tidak ditentukan. China belum memberikan jawaban apapun atas permintaan kelengkapan dokumen tersebut.
"?Belum ada tanggapan. Dan penyerahannya tidak ada batas waktu, pokoknya kalau lengkap ya kita kasih. Kalau tidak memenuhi, tidak akan kita kasih izin sampai kapanpun. Karena ini menyangkut keselamatan," ungkapnya
Meskipun beberapa waktu lalu sudah melakukan groundbreaking, namun, Jonan menekankan belum tentu proyek kereta cepat bakal berlanjut. Semua bergantung pada dokumen yang belum memenuhi kelengkapan. "Oh kalau pembangunan tidak bisa. Kalau groundbreaking, ya groundbreaking saja. Karena izin trasenya sudah ada," tegasnya.
Menanggapi hal itu, DPR RI meminta pemerintah agar pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditunda. Anggota Komisi V DPR Nizar Zahro mengatakan, walaupun sudah ada Peraturan Presiden (Perpres) No 107/2015 tentang Kereta Cepat Jakarta-Bandung, namun karena banyak perizinan yang belum didapat dan menabrak sejumlah perundang-undangan, seharusnya ditunda.
"Agar mematuhi PP No 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan agar mematuhi PP 27/ 2012 tentang izin lingkungan," ujar Nizar dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi V di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (26/1/2016).
Dia memandang, proyek tersebut akan menjadi beban keuangan negara dengan pinjaman dari China sebesar Rp79 triliun yang diangsur selama 60 tahun. Apalagi tahun 2015 tanggung jawab melalui APBN dengan angsuran pemerintah untuk cicilan utang sebesar Rp365 triliun. Selain itu, secara asas manfaat kurang karena hanya sepanjang 141 Km dan agak bertentangan dengan konsep presiden yang akan membangun tol laut.
"Eksodus pekerja lokal dari China juga bisa menghilangkan kesempatan pekerjaan bagi penduduk lokal karena ini pasti syaratnya adalah melibatkan pekerja dari China?," jelas Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Partai Gerindra di Komisi V itu.
Nizar menambahkan, Menhub Jonan sendiri mengakui bahwa proyek tersebut masih belum mendapatkan sejumlah perizinan lantaran belum memenuhi sejumlah dokumen yang diminta sebagai syarat pembangunan. "Jadi atas pertimbangan tersebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung wajar ditunda," tegasnya.
Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra pun meragukan proyek yang dinilainya sangat terburu-buru tersebut. Dia mengkritik pembangunan kereta cepat lewat media sosial Twitter, yang menurutnya akan menjadi beban negara. “Proyek grasa-grusu, tulisan di prasasti pun terlihat aneh,” tulisnya melalui akun Twitter @yusrilihza_mhd, Sabtu, 23 Januari 2016.
Tidak hanya kesalahan penulisan, dia juga menyoroti soal utang Rp79 triliun (Rp75 triliun) yang dilakukan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Salah nulis prasasti mungkin hal kecil, tapi utang proyek ini hampir Rp79 triliun sama China bukan masalah kecil,” kicaunya.
Menurut Yusril, China berpeluang besar mengambil alih proyek besar tersebut apabila BUMN gagal mewujudkannya. Sebab itu, kerja sama dengan China bakal menimbulkan utang besar dan harus diangsur oleh negara hingga 60 tahun ke depan. Jika proyek itu lancar, maka utang tersebut harus dilunasi anak cucu.
“Ampat BUMN ngutang sama China dalam bentuk konsorsium untuk bikin proyek ini. Kalau gagal, saham keempatnya bakal ditelen China. Kalau macet, 4 BUMN terancam, bos,” tegasnya.
Anggaran Lebih Mahal
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menelan biaya yang fantastis. Di mana nilai pembangunan yang dianggarkan dengan panjang lintasan sekitar 150 km menelan anggaran sebesar USD5,5 miliar atau senilai Rp75 triliun (kurs Rp13.680/USD).
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan bila dibandingkan dengan China sendiri, mereka dapat membangun dengan biaya jauh lebih murah.
"Jika ditaksir berarti untuk 1 km pembangunan infrastruktur high speed line 150 km adalah sebesar USD33,3 juta per km. Anggaran tersebut sangat tidak masuk akal," ujarnya, dalam keterangan tertulis kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Sebab, lanjut dia, saat China Railway Group membangun proyek kereta cepat jalur Haikou-Sanya di China sepanjang 308 km, hanya menelan biaya USD10 juta per km. Padahal, jalur Haikou-Sanya di China secara geologis jauh lebih sulit dibanding Jakarta-Bandung.
Selain itu, berdasarkan informasi dari berbagai sumber, bila dibandingkan dengan Iran, yang saat ini juga tengah membangun kereta cepat Teheran-Ishafan sepanjang 400 km, mereka hanya membutuhkan biaya USD2,73 miliar atau sekitar Rp37 triliun. Hal ini mencengangkan banyak pihak.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kedubes China untuk Indonesia Pai Peng menyatakan, nilai investasi yang diumumkan tersebut bukan investasi total dari pembangunan obove-rail, dan juga bukan investasi total dari proyek kereta cepat Iran.
"Pada saat ini, mengingat kondisi dana, pihak Iran merencanakan lebih dahulu melaksanakan pembangunan salah satu bagian dari Kereta Cepat Teheran-Isfahan," katanya, seperti dalam rilis di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Berdasarkan informasi yang didapat pihaknya dari staf China Railway Engineering Corp, mereka belum menandatangani kontrak kereta cepat senilai USD2,7 miliar dengan Iran. Negeri Tirai Bambu ini pun hanya menanggung pembangunan above-rail dalam pembangunan kereta cepat Iran, dan tidak termasuk pembangunan below-rail.
"Tetapi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencakup semua pembangunan termasuk pembangunan above-rail dan below-rail," imbuh dia.
Sementara di Indonesia, Peng mengklaim bahwa skema teknik perlengkapan dan sistem yang dirancang oleh China dan Indonesia pun merupakan perlengkapan yang paling canggih.
Dibandingkan dengan tawaran pihak ketiga maupun sistem lainnya, investasi sistem perlengkapannya mempunyai cost-effectiveness terbaik.
"Kami pasti akan menggunakan teknik terbaik dalam rangka menyelesaikan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan tepat waktunya dan terjamin kualitasnya," tandasnya.
Terima Kritikan
Presiden Jokowi mendengar kritikan dari sejumlah pihak, termasuk DPR mengenai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal ini dinilai menjadi bahan masukan bagi pemerintah.
Juru bicara kepresidenan, Johan Budi mengatakan, setelah peletakan batu pertama (groundbreaking) di Kebun Teh Mandalawangi Maswati, Kabupaten Bandung Barat, beberapa waktu lalu, ada sejumlah masukan dari anggota DPR maupun kelompok masyarakat mengenai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Tentu ini didengar oleh presiden," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Menurut Johan, seharusnya menteri terkait proyek itu merespons masukan atau kritikan tersebut. "Dan proses ini sebenarnya jangan dimaknai mendadak. Yang saya dengar, proyek tersebut sudah dibicarakan sejak setahun lalu," ucapnya.
Termasuk, lanjut dia, mengenai izin analisis dan dampak lingkungan (Amdal). Amdal terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah dibicarakan sejak enam bulan lalu. "Kemudian setelah groundbreaking ada suara-suara yang berbeda, tentu ini masukan buat presiden ya untuk kemudian menanyakan kembali ke menteri terkait," tandasnya.
Presiden Jokowi sendiri mengatakan, pihaknya akan memaparkan masalah kereta cepat rute Jakarta-Bandung yang dinilai menuai polemik di masyarakat pada pekan depan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebutkan pemaparan kereta cepat yang sudah groundbreaking beberapa waktu lalu di Bandung, Jawa Barat itu akan dilakukan secara detail.
"Nanti semuanya akan disampaikan detail dan rinci dari awal sampai akhir, prosesnya rapat berapa kali, mengenai biaya, semuanya, mungkin minggu depan," ujar Jokowi usai peresmian Masjid Fatahillah di Komplek Balaikota DKI Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Namun, dia enggan mengungkapkan secara rinci pemaparan proyek kereta cepat yang diberitakan mampu menempuh jarak sekitar 35 menit Jakarta-Bandung tersebut. Menurutnya, hal itu akan disampaikan secara tuntas minggu depan. "Nanti akan disampaikan secara teliti detil," pungkasnya.
Pro dan kontra mewarnai pembangunan kereta cepat pertama di Indonesia itu. Proses perizinan dan perjanjian konsesi yang seharusnya sudah rampung masih terlunta-lunta.
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengakui proses perizinan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) hingga kini belum selesai. Hal tersebut mulai dari izin pembangunan prasarana hingga penjanjian konsesi.
Dia menjelaskan, untuk izin pembangunan masih ada sejumlah dokumen yang belum dilengkapi PT KCIC. Izin pembangunan itu di antaranya terkait evaluasi teknis atas rancang bangun yang diajukan badan usaha yang membangun sarana dan prasarana perkeretaapian. "Sekarang kita lagi tunggu dokumentasinya, saya sudah terima tapi belum lengkap," imbuhnya.
Kemudian, lanjut Jonan, terkait izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) banyak catatan yang harus dipenuhi PT KCIC. Meskipun sudah terbit ada catatan dan masukan yang harus diselesaikan. "Memang sudah terbit, dari saya ada banyak catatan, kita kasih masukan. Jadi izin dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) juga menentukan rancang bangun (kereta cepat) oleh badan usaha," jelasnya.
Jonan tidak dapat memastikan kapan izin-izin tersebut bisa selesai. Cepat tidaknya perizinan tergantung pada respons PT KCIC menyelesaikannya. "Saya hanya regulator, masa saya kejar-kejar (KCIC mengurus izin)?" ujarnya.
Jonan menegaskan pihak China Railway International Co Ltd. harus melengkapi beberapa dokumen agar izin pembangunan keluar sehingga pemerintah bisa mulai membangun kereta cepat pertama di Asia Tenggara tersebut. Jika itu tak terpenuhi, sampai kapanpun kereta cepat tidak akan pernah bisa dilanjutkan.
Menurutnya, ada beberapa perjanjian yang masih kurang lengkap dan belum dipenuhi oleh pihak China. "Kalau dokumen tidak terpenuhi, ya jangan harap bisa membangun," ucapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
"Paling penting ada dua hal yang kurang dari mereka. Satu perjanjian konsesi, dimana lagi diproses dan negosiasi. Banyak detailnya. Kedua,? izin pembangunan. Izin pembangunan yakni bukan izin administratif, yang cuma analisa teknis tapi adalah laporan analisis hidgrologi dan hidrolika itu harus ada. Termasuk mekanika tanah," lanjutnya.
Jonan menyebutkan, batas waktu yang diberikan pemerintah Indonesia untuk China agar melengkapi dokumen tersebut tidak ditentukan. China belum memberikan jawaban apapun atas permintaan kelengkapan dokumen tersebut.
"?Belum ada tanggapan. Dan penyerahannya tidak ada batas waktu, pokoknya kalau lengkap ya kita kasih. Kalau tidak memenuhi, tidak akan kita kasih izin sampai kapanpun. Karena ini menyangkut keselamatan," ungkapnya
Meskipun beberapa waktu lalu sudah melakukan groundbreaking, namun, Jonan menekankan belum tentu proyek kereta cepat bakal berlanjut. Semua bergantung pada dokumen yang belum memenuhi kelengkapan. "Oh kalau pembangunan tidak bisa. Kalau groundbreaking, ya groundbreaking saja. Karena izin trasenya sudah ada," tegasnya.
Menanggapi hal itu, DPR RI meminta pemerintah agar pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditunda. Anggota Komisi V DPR Nizar Zahro mengatakan, walaupun sudah ada Peraturan Presiden (Perpres) No 107/2015 tentang Kereta Cepat Jakarta-Bandung, namun karena banyak perizinan yang belum didapat dan menabrak sejumlah perundang-undangan, seharusnya ditunda.
"Agar mematuhi PP No 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan agar mematuhi PP 27/ 2012 tentang izin lingkungan," ujar Nizar dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi V di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (26/1/2016).
Dia memandang, proyek tersebut akan menjadi beban keuangan negara dengan pinjaman dari China sebesar Rp79 triliun yang diangsur selama 60 tahun. Apalagi tahun 2015 tanggung jawab melalui APBN dengan angsuran pemerintah untuk cicilan utang sebesar Rp365 triliun. Selain itu, secara asas manfaat kurang karena hanya sepanjang 141 Km dan agak bertentangan dengan konsep presiden yang akan membangun tol laut.
"Eksodus pekerja lokal dari China juga bisa menghilangkan kesempatan pekerjaan bagi penduduk lokal karena ini pasti syaratnya adalah melibatkan pekerja dari China?," jelas Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Partai Gerindra di Komisi V itu.
Nizar menambahkan, Menhub Jonan sendiri mengakui bahwa proyek tersebut masih belum mendapatkan sejumlah perizinan lantaran belum memenuhi sejumlah dokumen yang diminta sebagai syarat pembangunan. "Jadi atas pertimbangan tersebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung wajar ditunda," tegasnya.
Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra pun meragukan proyek yang dinilainya sangat terburu-buru tersebut. Dia mengkritik pembangunan kereta cepat lewat media sosial Twitter, yang menurutnya akan menjadi beban negara. “Proyek grasa-grusu, tulisan di prasasti pun terlihat aneh,” tulisnya melalui akun Twitter @yusrilihza_mhd, Sabtu, 23 Januari 2016.
Tidak hanya kesalahan penulisan, dia juga menyoroti soal utang Rp79 triliun (Rp75 triliun) yang dilakukan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Salah nulis prasasti mungkin hal kecil, tapi utang proyek ini hampir Rp79 triliun sama China bukan masalah kecil,” kicaunya.
Menurut Yusril, China berpeluang besar mengambil alih proyek besar tersebut apabila BUMN gagal mewujudkannya. Sebab itu, kerja sama dengan China bakal menimbulkan utang besar dan harus diangsur oleh negara hingga 60 tahun ke depan. Jika proyek itu lancar, maka utang tersebut harus dilunasi anak cucu.
“Ampat BUMN ngutang sama China dalam bentuk konsorsium untuk bikin proyek ini. Kalau gagal, saham keempatnya bakal ditelen China. Kalau macet, 4 BUMN terancam, bos,” tegasnya.
Anggaran Lebih Mahal
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menelan biaya yang fantastis. Di mana nilai pembangunan yang dianggarkan dengan panjang lintasan sekitar 150 km menelan anggaran sebesar USD5,5 miliar atau senilai Rp75 triliun (kurs Rp13.680/USD).
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan bila dibandingkan dengan China sendiri, mereka dapat membangun dengan biaya jauh lebih murah.
"Jika ditaksir berarti untuk 1 km pembangunan infrastruktur high speed line 150 km adalah sebesar USD33,3 juta per km. Anggaran tersebut sangat tidak masuk akal," ujarnya, dalam keterangan tertulis kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Sebab, lanjut dia, saat China Railway Group membangun proyek kereta cepat jalur Haikou-Sanya di China sepanjang 308 km, hanya menelan biaya USD10 juta per km. Padahal, jalur Haikou-Sanya di China secara geologis jauh lebih sulit dibanding Jakarta-Bandung.
Selain itu, berdasarkan informasi dari berbagai sumber, bila dibandingkan dengan Iran, yang saat ini juga tengah membangun kereta cepat Teheran-Ishafan sepanjang 400 km, mereka hanya membutuhkan biaya USD2,73 miliar atau sekitar Rp37 triliun. Hal ini mencengangkan banyak pihak.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kedubes China untuk Indonesia Pai Peng menyatakan, nilai investasi yang diumumkan tersebut bukan investasi total dari pembangunan obove-rail, dan juga bukan investasi total dari proyek kereta cepat Iran.
"Pada saat ini, mengingat kondisi dana, pihak Iran merencanakan lebih dahulu melaksanakan pembangunan salah satu bagian dari Kereta Cepat Teheran-Isfahan," katanya, seperti dalam rilis di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Berdasarkan informasi yang didapat pihaknya dari staf China Railway Engineering Corp, mereka belum menandatangani kontrak kereta cepat senilai USD2,7 miliar dengan Iran. Negeri Tirai Bambu ini pun hanya menanggung pembangunan above-rail dalam pembangunan kereta cepat Iran, dan tidak termasuk pembangunan below-rail.
"Tetapi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencakup semua pembangunan termasuk pembangunan above-rail dan below-rail," imbuh dia.
Sementara di Indonesia, Peng mengklaim bahwa skema teknik perlengkapan dan sistem yang dirancang oleh China dan Indonesia pun merupakan perlengkapan yang paling canggih.
Dibandingkan dengan tawaran pihak ketiga maupun sistem lainnya, investasi sistem perlengkapannya mempunyai cost-effectiveness terbaik.
"Kami pasti akan menggunakan teknik terbaik dalam rangka menyelesaikan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan tepat waktunya dan terjamin kualitasnya," tandasnya.
Terima Kritikan
Presiden Jokowi mendengar kritikan dari sejumlah pihak, termasuk DPR mengenai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal ini dinilai menjadi bahan masukan bagi pemerintah.
Juru bicara kepresidenan, Johan Budi mengatakan, setelah peletakan batu pertama (groundbreaking) di Kebun Teh Mandalawangi Maswati, Kabupaten Bandung Barat, beberapa waktu lalu, ada sejumlah masukan dari anggota DPR maupun kelompok masyarakat mengenai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Tentu ini didengar oleh presiden," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Menurut Johan, seharusnya menteri terkait proyek itu merespons masukan atau kritikan tersebut. "Dan proses ini sebenarnya jangan dimaknai mendadak. Yang saya dengar, proyek tersebut sudah dibicarakan sejak setahun lalu," ucapnya.
Termasuk, lanjut dia, mengenai izin analisis dan dampak lingkungan (Amdal). Amdal terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah dibicarakan sejak enam bulan lalu. "Kemudian setelah groundbreaking ada suara-suara yang berbeda, tentu ini masukan buat presiden ya untuk kemudian menanyakan kembali ke menteri terkait," tandasnya.
Presiden Jokowi sendiri mengatakan, pihaknya akan memaparkan masalah kereta cepat rute Jakarta-Bandung yang dinilai menuai polemik di masyarakat pada pekan depan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebutkan pemaparan kereta cepat yang sudah groundbreaking beberapa waktu lalu di Bandung, Jawa Barat itu akan dilakukan secara detail.
"Nanti semuanya akan disampaikan detail dan rinci dari awal sampai akhir, prosesnya rapat berapa kali, mengenai biaya, semuanya, mungkin minggu depan," ujar Jokowi usai peresmian Masjid Fatahillah di Komplek Balaikota DKI Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Namun, dia enggan mengungkapkan secara rinci pemaparan proyek kereta cepat yang diberitakan mampu menempuh jarak sekitar 35 menit Jakarta-Bandung tersebut. Menurutnya, hal itu akan disampaikan secara tuntas minggu depan. "Nanti akan disampaikan secara teliti detil," pungkasnya.
(dmd)