Ekonomi Melemah, China Bingung Cari Pasar Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, ekonomi China sedang melambat. Akibatnya, negeri panda ini kerepotan mencari pasar untuk mengekspor.
Selain itu, Indonesia juga kesulitan untuk melakukan ekspor ke China. Selama ini Indonesia lebih banyak ekspor komoditas ke negara tersebut.
"Jadi, kalau kita mencermati mereka dengan posisi saat ini, mereka juga repot nyari pasar. Justru kalau mereka mau penetrasi pasar Indonesia dan ASEAN, mereka harus jadikan Indonesia sebagai partnernya dia," kata Haryadi di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dia mengatakan, China saat ini sedang menurunkan produksinya, namun bukan merupakan keuntungan Indonesia bersaing dengan negara tersebut. Seberapapun turunnya produksi China, namun produksi mereka tetap kompetitif.
"Kalau menurut saya ini berat, karena China biaya produksinya cukup kompetitif, harga akhirnya akan sangat murah," ucapnya.
Melihat kondisi tersebut, Apindo memutuskan untuk tetapk konsisten di hilirisasi. Mendorong manufaktur di Indonesia agar tetap bisa tumbuh untuk melindungi pasar Indonesia.
"Kita konsisten untuk hilirisasi, harus dorong manufaktur dalam negeri karena ini harus tumbuh, pasar dalam negeri harus diperkuat. Kita lindungi dengan berbagai cara dan ini program hilirisasinya harus tepat," jelasnya.
Atas dasar itu, nilai tambah yang dihasilkan manufaktur harus yang punya nilai besar. Selain itu, untuk hilirisasi tidak bisa hanya mengandalkan satu step program dan satu layer.
"Kita enggak bisa lagi hanya satu step program hilirisasinya hanya satu layer. Jadi perlu 2-3 layer yang nilai tambahnya bisa lebih besar. Contohnya CPO, enggak bisa cuman bikin CPO saja kita harus turunkan dengan oil chemicalnya. Jadi, harus lebih maju lagi dan itu bikin survive," pungkas Hariyadi.
Selain itu, Indonesia juga kesulitan untuk melakukan ekspor ke China. Selama ini Indonesia lebih banyak ekspor komoditas ke negara tersebut.
"Jadi, kalau kita mencermati mereka dengan posisi saat ini, mereka juga repot nyari pasar. Justru kalau mereka mau penetrasi pasar Indonesia dan ASEAN, mereka harus jadikan Indonesia sebagai partnernya dia," kata Haryadi di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dia mengatakan, China saat ini sedang menurunkan produksinya, namun bukan merupakan keuntungan Indonesia bersaing dengan negara tersebut. Seberapapun turunnya produksi China, namun produksi mereka tetap kompetitif.
"Kalau menurut saya ini berat, karena China biaya produksinya cukup kompetitif, harga akhirnya akan sangat murah," ucapnya.
Melihat kondisi tersebut, Apindo memutuskan untuk tetapk konsisten di hilirisasi. Mendorong manufaktur di Indonesia agar tetap bisa tumbuh untuk melindungi pasar Indonesia.
"Kita konsisten untuk hilirisasi, harus dorong manufaktur dalam negeri karena ini harus tumbuh, pasar dalam negeri harus diperkuat. Kita lindungi dengan berbagai cara dan ini program hilirisasinya harus tepat," jelasnya.
Atas dasar itu, nilai tambah yang dihasilkan manufaktur harus yang punya nilai besar. Selain itu, untuk hilirisasi tidak bisa hanya mengandalkan satu step program dan satu layer.
"Kita enggak bisa lagi hanya satu step program hilirisasinya hanya satu layer. Jadi perlu 2-3 layer yang nilai tambahnya bisa lebih besar. Contohnya CPO, enggak bisa cuman bikin CPO saja kita harus turunkan dengan oil chemicalnya. Jadi, harus lebih maju lagi dan itu bikin survive," pungkas Hariyadi.
(izz)