Mendag Ungkap Penyebab Harga Beras Melonjak
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong membantah kenaikan harga beras yang terjadi saat ini semata-mata diakibatkan karena panjangnya rantai pasok dan distribusi beras di Tanah Air. Menurutnya, rantai distribusi beras yang panjang saat ini sejatinya telah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
(Baca Juga: Mendag Beberkan Alasan Ngotot Impor Beras dari Pakistan dan India)
Dia sepakat, panjangnya rantai distribusi beras di Indonesia memang harus dibenahi. Namun, kenaikan harga beras saat ini bukan semata terjadi karena rantai distribusi tersebut.
"Memang betul rantai pasok harus dibenahi, tapi sekali lagi kita jangan mencampur adukkan masalah rantai pasok. Rantai pasok itu sudah panjang dari 10 tahun lalu, tapi lonjakan harga pangan baru terjadi 2015-2016," katanya saat makan siang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dia mengatakan, melejitnya harga beras di pasaran berawal dari tidak akuratnya data produksi beras di Tanah Air. Kementerian Pertanian mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami surplus beras sebanyak 10 juta ton pada 2015.
Padahal kenyataannya, suplai dan pasokan beras nasional masih kurang. Sebab, jika memang kita telah mengalami surplus beras maka pasokan beras cukup dan Indonesia tidak perlu impor beras, serta harganya pun seharusnya stabil.
"Memang sudah diterima seperti rahasia umum, bahwa data itu jelas tidak mungkin (sama). Kalau saya lihat ya, masyarakat ini sangat praktis. Kalau kita sampai surplus jutaan ton, dimana itu barang? Seharusnya kita sudah luber dong," imbuh dia.
Selain itu, kenaikan harga beras ini juga dikarenakan ada praktik persaingan yang tidak sehat. Menurutnya harus diakui bahwa struktur pasar di Tanah Air masih tidak optimal.
"Mungkin ada dominansi dan ada praktik tidak sehat (dalam perdagangan beras). Tapi kita tetap harus pakai azas praduga tidak bersalah. Sampai dibuktikan bersalah kita harus tetap menganut itu. Kalau tidak, kita semua salah mulu, bisa dipenjara tiap waktu sampai kita bisa membuktikan tidak bersalah," tandasnya.
(Baca Juga: Mendag Beberkan Alasan Ngotot Impor Beras dari Pakistan dan India)
Dia sepakat, panjangnya rantai distribusi beras di Indonesia memang harus dibenahi. Namun, kenaikan harga beras saat ini bukan semata terjadi karena rantai distribusi tersebut.
"Memang betul rantai pasok harus dibenahi, tapi sekali lagi kita jangan mencampur adukkan masalah rantai pasok. Rantai pasok itu sudah panjang dari 10 tahun lalu, tapi lonjakan harga pangan baru terjadi 2015-2016," katanya saat makan siang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dia mengatakan, melejitnya harga beras di pasaran berawal dari tidak akuratnya data produksi beras di Tanah Air. Kementerian Pertanian mengatakan bahwa Indonesia telah mengalami surplus beras sebanyak 10 juta ton pada 2015.
Padahal kenyataannya, suplai dan pasokan beras nasional masih kurang. Sebab, jika memang kita telah mengalami surplus beras maka pasokan beras cukup dan Indonesia tidak perlu impor beras, serta harganya pun seharusnya stabil.
"Memang sudah diterima seperti rahasia umum, bahwa data itu jelas tidak mungkin (sama). Kalau saya lihat ya, masyarakat ini sangat praktis. Kalau kita sampai surplus jutaan ton, dimana itu barang? Seharusnya kita sudah luber dong," imbuh dia.
Selain itu, kenaikan harga beras ini juga dikarenakan ada praktik persaingan yang tidak sehat. Menurutnya harus diakui bahwa struktur pasar di Tanah Air masih tidak optimal.
"Mungkin ada dominansi dan ada praktik tidak sehat (dalam perdagangan beras). Tapi kita tetap harus pakai azas praduga tidak bersalah. Sampai dibuktikan bersalah kita harus tetap menganut itu. Kalau tidak, kita semua salah mulu, bisa dipenjara tiap waktu sampai kita bisa membuktikan tidak bersalah," tandasnya.
(akr)