Ini Sistem Pengadaan Minyak Mentah dan BBM Pertamina
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berkomitmen tinggi untuk meningkatkan transparansi serta akuntabilitas proses pengadaan minyak mentah dan produk bahan bakar minyak (BBM) melalui Integrated Supply Chain (ISC) melalui program terobosan ISC 1.0.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengemukakan, Pertamina mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM secara terbuka dan transparan. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu, seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lainnya.
“Melalui ISC peserta tender lebih variatif, harga lebih kompetitif, dan posisi tawar semakin tinggi. Informasi tender kami buka melalui website Pertamina yang semua orang dapat mengaksesnya,” ujar Wianda dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/2/2016).
Dia mengatakan dengan transparansi menjadikan ISC menjalankan fungsi pengadaan lebih baik, kompetitif, dan menghilangkan potensi conflict of interest. “Pola mekanisme tender yang dilakukan melalui email dan metode evaluasi penawaran ketat dan prudent menjadikan proses pengadaan minyak dan produk Pertamina lebih akuntabel dan kredibel,” imbuhnya.
Wianda menjelaskan keberadaan ISC sangat penting untuk membuka transparansi seluas-luasnya supaya banyak mitra terpilih yang ikut serta. Sehingga, ada perubahan yang signifikan berupa penghematan. “Kami bisa memangkas rantai suplai pengadaan impor untuk minyak maupun produk. Ini yang kami kejar terus,” katanya.
Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik. Perkuatan ISC dengan mengembalikan fungsi ISC dan sekaligus meningkatkan kewenangannya.
Dia menyebutkan dalam efisiensi pengadaan dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan kapal-kapal yang dikelola oleh Pertamina, baik untuk mengangkut BBM, minyak mentah, dan elpiji impor dari titik penjualan ke dalam negeri. Keberhasilan lainnya dalam pengadaan ialah adanya renegosiasi kontrak dengan Saudi Aramco, yang memiliki kontrak evergreen dengan Pertamina sekitar 120.000 barel per hari. Sejak Juni 2015, Saudi Aramco bersedia untuk tidak lagi mewajibkan Pertamina menerbitkan letter of credit (L/C).
“Ini adalah bentuk kepercayaan dari pemasok minyak mentah kepada Pertamina dalam kaitannya dengan jaminan pembayaran. Berapa sen pun yang dapat kami hemat, Pertamina akan lakukan upaya terbaik untuk meraihnya, tentu saja sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada,” jelas Wianda.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengemukakan, Pertamina mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM secara terbuka dan transparan. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu, seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lainnya.
“Melalui ISC peserta tender lebih variatif, harga lebih kompetitif, dan posisi tawar semakin tinggi. Informasi tender kami buka melalui website Pertamina yang semua orang dapat mengaksesnya,” ujar Wianda dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/2/2016).
Dia mengatakan dengan transparansi menjadikan ISC menjalankan fungsi pengadaan lebih baik, kompetitif, dan menghilangkan potensi conflict of interest. “Pola mekanisme tender yang dilakukan melalui email dan metode evaluasi penawaran ketat dan prudent menjadikan proses pengadaan minyak dan produk Pertamina lebih akuntabel dan kredibel,” imbuhnya.
Wianda menjelaskan keberadaan ISC sangat penting untuk membuka transparansi seluas-luasnya supaya banyak mitra terpilih yang ikut serta. Sehingga, ada perubahan yang signifikan berupa penghematan. “Kami bisa memangkas rantai suplai pengadaan impor untuk minyak maupun produk. Ini yang kami kejar terus,” katanya.
Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik. Perkuatan ISC dengan mengembalikan fungsi ISC dan sekaligus meningkatkan kewenangannya.
Dia menyebutkan dalam efisiensi pengadaan dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan kapal-kapal yang dikelola oleh Pertamina, baik untuk mengangkut BBM, minyak mentah, dan elpiji impor dari titik penjualan ke dalam negeri. Keberhasilan lainnya dalam pengadaan ialah adanya renegosiasi kontrak dengan Saudi Aramco, yang memiliki kontrak evergreen dengan Pertamina sekitar 120.000 barel per hari. Sejak Juni 2015, Saudi Aramco bersedia untuk tidak lagi mewajibkan Pertamina menerbitkan letter of credit (L/C).
“Ini adalah bentuk kepercayaan dari pemasok minyak mentah kepada Pertamina dalam kaitannya dengan jaminan pembayaran. Berapa sen pun yang dapat kami hemat, Pertamina akan lakukan upaya terbaik untuk meraihnya, tentu saja sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada,” jelas Wianda.
(dmd)