Fokus Kereta Cepat, Konsep Nawacita Jokowi Dinilai Bergeser
A
A
A
JAKARTA - Ketua Komisi VI DPR RI Achmad Hafidz Tohir menilai konsep nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengedepankan pembangunan poros maritim, sudah bergeser. Karena, pemerintah lebih fokus pada pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Menurutnya, sikap konsisten pemerintah patut dipertanyakan saat ini dengan membangun sesuatu yang tidak ada urgensinya dan belum diperlukan masyarakat. Poros maritim akan memperkuat logistik di lautan yang berdampak ke nasional.
"Kalau kereta cepat Jakarta-Bandung itu tidak masuk dalam urgensi poros maritim. Saya kira konsep nawacita sudah bergeser dari rencana Presiden untuk membangun‎ Indonesia, itu patut dipertanyakan konsistensinya. Dari sisi itu saja sudah tidak relevan," terangnya kepada Sindonews, Jakarta, Senin (8/2/2016).
Apalagi, kata dia, saat ini banyak persoalan infrastruktur yang harus diselesaikan lebih dulu oleh pemerintah, ketimbang pembangunan kereta cepat. Maka, ada baiknya saat ini membangun kereta dengan kecepatan sedang.
"Banyak persoalan yang harus diselesaikan selain kereta cepat ini dalam hal infrastruktur di Indonesia, selain kereta cepat. Saya kira dengan medium speed juga sudah cukup. Ke Bandung dengan 30 menit, rasanya itu belum urgent," katanya.
Kecuali, jika pemerintah Indonesia sudah membuat roadmap untuk pembangunan khususnya di wilayah Indonesia bagian barat yang tertuang dalam proyek MP3EI yang seharusnya dijalankan.
"Kenapa enggak menjalankan yang MP3EI saja dulu. Kan sudah ada roadmap-nya. Saya kira akan lebih baik kalau pemerintah fokus itu dulu," pungkas Hafidz.
Menurutnya, sikap konsisten pemerintah patut dipertanyakan saat ini dengan membangun sesuatu yang tidak ada urgensinya dan belum diperlukan masyarakat. Poros maritim akan memperkuat logistik di lautan yang berdampak ke nasional.
"Kalau kereta cepat Jakarta-Bandung itu tidak masuk dalam urgensi poros maritim. Saya kira konsep nawacita sudah bergeser dari rencana Presiden untuk membangun‎ Indonesia, itu patut dipertanyakan konsistensinya. Dari sisi itu saja sudah tidak relevan," terangnya kepada Sindonews, Jakarta, Senin (8/2/2016).
Apalagi, kata dia, saat ini banyak persoalan infrastruktur yang harus diselesaikan lebih dulu oleh pemerintah, ketimbang pembangunan kereta cepat. Maka, ada baiknya saat ini membangun kereta dengan kecepatan sedang.
"Banyak persoalan yang harus diselesaikan selain kereta cepat ini dalam hal infrastruktur di Indonesia, selain kereta cepat. Saya kira dengan medium speed juga sudah cukup. Ke Bandung dengan 30 menit, rasanya itu belum urgent," katanya.
Kecuali, jika pemerintah Indonesia sudah membuat roadmap untuk pembangunan khususnya di wilayah Indonesia bagian barat yang tertuang dalam proyek MP3EI yang seharusnya dijalankan.
"Kenapa enggak menjalankan yang MP3EI saja dulu. Kan sudah ada roadmap-nya. Saya kira akan lebih baik kalau pemerintah fokus itu dulu," pungkas Hafidz.
(izz)