Sulit Akuisisi PGN, Pertagas Dorong Sinergi BUMN Gas

Senin, 15 Februari 2016 - 18:11 WIB
Sulit Akuisisi PGN, Pertagas Dorong Sinergi BUMN Gas
Sulit Akuisisi PGN, Pertagas Dorong Sinergi BUMN Gas
A A A
JAKARTA - PT Pertamina Gas (Pertagas) menyatakan lebih mudah untuk bersinergi dibandingkan penggabungan atau merger antara Pertagas dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) (Persero) Tbk yang hingga kini belum terealisasi. Alasannya menurut Vice President Business Development Pertagas, Indra Setyawati karena sinergi sejalan dengan penguatan National Energy Company (NEC).

“Sinergi saja, sebab kalau akuisisi kayaknya berat. Apalagi (wacana) akuisisi sekarang sudah berganti dengan holding. Ini sedang digodok oleh Pertamina, dan Pertagas akan mengikuti,” jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (15/2/2016).

(Baca Juga: Pertamina-PGN Diminta Jaga Komitmen Bersinergi)

Dia menambahkan masalah terpenting yang harus dituntaskan oleh agregator gas nantinya adalah distribusi yang terkait infrastruktur jaringan pipa gas. Pembuatan pipa dedicated oleh tiap pengguna, dijelasnya olehnya justru tidak efisien. Lantaran hal itu, PT Pertagas telah membangun 2.000 kilometer pipa open access atau setara 99% jaringan pipa Pertagas.

“Ini demi mendukung pengembangan industri nasional. Harus ada semangat gotong royong sehingga fee murah. Dengan begitu, industri pasti tumbuh,” sambungnya.

Sementara terkait rencana pembentukan aggregator gas, PT Pertamina Gas menyatakan kesiapan untuk menjadi single aggregator atau agregator tunggal dalam mengelola gas dari hulu ke hilir. Pasalnya isu sinergi antar BUMN gas dan energi sempat mencuat dengan pilihan perusahaan holding BUMN energi.

"Ini penting karena pengelolaan gas secara nasional memang membutuhkan sinergi sejumlah pihak. Terutama antar perusahaan negara atau BUMN yang bergerak di bidang energi. Langkah itu guna meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN kita di tengah perekonomian global yang tengah lesu saat ini," kata dia.

Dalam kondisi ekonomi dunia yang sedang melambat, lanjut dia tak mungkin berharap banyak dari swasta. "Ekonomi dunia sedang melambat. Tidak mungkin kita berharap dari swasta. Maka 119 BUMN dengan aset Rp5400 triliun menjadi pilar penting ekonomi dan harus jadi penggerak serta agent of development. Apakah itu bisa disinergikan? Bisa. Itu jalan yang harus ditempuh,“ pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3646 seconds (0.1#10.140)