Harga Minyak Dunia Kembali Jatuh
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia pada awal perdagangan hari ini turun, memperpanjang penurunan tajam dari sesi sebelumnya setelah eksportir Arab Saudi dikesampingkan terkait pemotongan produksi dan data industri menunjukkan lebih membangun stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (254/2/2016), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan sebesar USD31,46 per barel pada 00.12 GMT, atau turun 41 sen dari posisi terakhir yang sebelumnya sudah turun 6%. Sementara, harga minyak brent turun USD1,42, atau 4% menjadi USD33,27 per barel.
Penurunan tersebut lantaran kurang jelasnya kerja sama antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membekukan atau memotong produksi dalam rangka mengendalikan kelebihan pasokan yang membuat harga minyak turun hingga 70% sejak pertengahan 2014.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi mengatakan pada sebuah konferensi di Houston, Texas kemarin, bahwa produksi yang dipangkas oleh OPEC dan eksportir nonOPEC tidak akan terjadi karena tidak banyak negara yang akan melakukannya.
Dia juga mengatakan, pembekuan diusulkan dalam produksi pada tingkat Januari, yang berada di dekat rekor tertinggi, akan membutuhkan semua produsen utama setuju untuk tidak menambahkan pasokan.
Sementara negara nonOPEC, yakni Rusia sementara menyepakati pembekuan produksi pada tingkat Januari. "Beberapa tetangga kami telah meningkatkan produksi mereka hingga 10 juta barel per hari dalam beberapa tahun terakhir dan jumlah ekspor. Sekarang mereka memiliki keberanian untuk mengatakan kita semua harus membekukan produksi bersama-sama," kata Bijan Zanganeh seperti dikutip dari kantor berita ISNA.
"Jadi mereka harus membekukan produksi mereka pada 10 juta barel dan kita harus membekukan pada 1 juta barel, ini adalah usulan menggelikan," katanya.
Pada tingkat produksi global saat ini antara 1 juta dan 2 juta barel minyak mentah yang diproduksi setiap hari lebih dari permintaan, di tengah kelebhan pasokan di dunia.
American Petroleum Institute (API) mengatakan, persediaan minyak mentah naik 7,1 juta barel dalam pekan sampai 19 Februari sebesar 506.200.000, jauh melebihi ekspektasi analis yang naik 3,4 juta barel.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (254/2/2016), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan sebesar USD31,46 per barel pada 00.12 GMT, atau turun 41 sen dari posisi terakhir yang sebelumnya sudah turun 6%. Sementara, harga minyak brent turun USD1,42, atau 4% menjadi USD33,27 per barel.
Penurunan tersebut lantaran kurang jelasnya kerja sama antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membekukan atau memotong produksi dalam rangka mengendalikan kelebihan pasokan yang membuat harga minyak turun hingga 70% sejak pertengahan 2014.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi mengatakan pada sebuah konferensi di Houston, Texas kemarin, bahwa produksi yang dipangkas oleh OPEC dan eksportir nonOPEC tidak akan terjadi karena tidak banyak negara yang akan melakukannya.
Dia juga mengatakan, pembekuan diusulkan dalam produksi pada tingkat Januari, yang berada di dekat rekor tertinggi, akan membutuhkan semua produsen utama setuju untuk tidak menambahkan pasokan.
Sementara negara nonOPEC, yakni Rusia sementara menyepakati pembekuan produksi pada tingkat Januari. "Beberapa tetangga kami telah meningkatkan produksi mereka hingga 10 juta barel per hari dalam beberapa tahun terakhir dan jumlah ekspor. Sekarang mereka memiliki keberanian untuk mengatakan kita semua harus membekukan produksi bersama-sama," kata Bijan Zanganeh seperti dikutip dari kantor berita ISNA.
"Jadi mereka harus membekukan produksi mereka pada 10 juta barel dan kita harus membekukan pada 1 juta barel, ini adalah usulan menggelikan," katanya.
Pada tingkat produksi global saat ini antara 1 juta dan 2 juta barel minyak mentah yang diproduksi setiap hari lebih dari permintaan, di tengah kelebhan pasokan di dunia.
American Petroleum Institute (API) mengatakan, persediaan minyak mentah naik 7,1 juta barel dalam pekan sampai 19 Februari sebesar 506.200.000, jauh melebihi ekspektasi analis yang naik 3,4 juta barel.
(izz)