Peternak Unggas Keluhkan Data Kementan Soal Ayam Hidup
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) mengeluhkan data Kementerian Pertanian (Kementan) soal kapasitas simpan untuk ayam hidup (lifebird) yang menurut mereka tidak lengkap. Sekretaris PPUI Ashwin Pulungan mengatakan di pasar, sering terjadi krisis karena tidak seragam soal data penyimpanan ayam hidup.
"Ini karena dirjen peternakan itu tidak punya data yang lengkap. Besarnya kapasitas simpan, mereka tidak punya datanya," jelasnya dalam diskusi bertajuk Ternak Unggas: Kartel atau Monopoli di Jakarta, Senin (7/3/2016).
(Baca Juga: Perpres Jalan Keluar Kendalikan Fluktuasi Harga Ayam)
Dia menambahkan PPUI sudah pernah memberikan usulan kepada pemerintah soal data hidup, hingga memicu terbentuknya UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan. Terbentuknya UU ini menurutnya, setelah Indonesia sempat merugi ayam hidup saat terjadi Tsunami Aceh.
"Waktu ada tsunami itu, ayam hidup ibarat tersapu semuanya. Dan mereka tidak punya datanya. Saya memberikan usulan, kalau kita mau jaga protein, ya harus simpan lifebird. Pemerintah harus menjaga konsumsi masyarakat dan harus sigap dengan pemberlakuan data ini," sambungnya.
Lanjut dia, peternak kecil kerap juga mengeluhkan soal harga ayam hidup yang tinggi dan mereka menuntut adanya perbaikan harga. "Rekan-rekan peternak banyak menuntut supaya ada perbaikan harga ayah hidup mininal sama dengan harga pokok penjualan (HPP) peternak," pungkasnya.
"Ini karena dirjen peternakan itu tidak punya data yang lengkap. Besarnya kapasitas simpan, mereka tidak punya datanya," jelasnya dalam diskusi bertajuk Ternak Unggas: Kartel atau Monopoli di Jakarta, Senin (7/3/2016).
(Baca Juga: Perpres Jalan Keluar Kendalikan Fluktuasi Harga Ayam)
Dia menambahkan PPUI sudah pernah memberikan usulan kepada pemerintah soal data hidup, hingga memicu terbentuknya UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan. Terbentuknya UU ini menurutnya, setelah Indonesia sempat merugi ayam hidup saat terjadi Tsunami Aceh.
"Waktu ada tsunami itu, ayam hidup ibarat tersapu semuanya. Dan mereka tidak punya datanya. Saya memberikan usulan, kalau kita mau jaga protein, ya harus simpan lifebird. Pemerintah harus menjaga konsumsi masyarakat dan harus sigap dengan pemberlakuan data ini," sambungnya.
Lanjut dia, peternak kecil kerap juga mengeluhkan soal harga ayam hidup yang tinggi dan mereka menuntut adanya perbaikan harga. "Rekan-rekan peternak banyak menuntut supaya ada perbaikan harga ayah hidup mininal sama dengan harga pokok penjualan (HPP) peternak," pungkasnya.
(akr)