Hadapi MEA, UMKM Batik Harus Lebih Kreatif
A
A
A
DEPOK - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mendorong para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) perajin batik untuk lebih kreatif dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Wakil Ketua APPBI Darwin A Roni menilai antusias para pengunjung mal yang membeli kain batik semakin lama terus meningkat.
“Antusiasnya batik kini sudah menjadi pakaian sehari-hari. Beberapa mal kita juga sudah banyak menyuguhkan batik yang beragam. Hari-hari kerja sudah pakai batik. Sudah umum dipakai formal dan nonformal,” katanya di Depok, Kamis (17/3/2016).
Dia menjelaskan para UMKM perajin batik harus berlomba memproduksi kain berkualitas di era MEA ini. Apalagi batik sudah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
“Batik kita sudah dikenal, kami anjangsana ke Filipina saja pakai batik. Tentu perkembangan produksi batik kami sangat mengapresiasi. Jangan lihat mal eksklusif karena hampir semua mal premium juga memberdayakan UMKM dan banyak pula kami gelar berbagai pameran. Mal jangan dicitrakan biang kemacetan saja,” jelasnya.
Darwin menilai kualitas para perajin batik sudah baik hanya perlu ditingkatkan dalam hal kemasan dan pelayanan. Tak hanya pakaian ataupun kain batik, berbagai aksesori batik yang diproduksi UMKM juga makin beragam.
“Kembali lagi batik kita kualitasnya bagus, tinggal kemasannya. Pelayanan bagus kalau kemasan kurang atau asal–asalan tentu enggak bagus. Bagaimana cara melayani dan packaging-nya itu harus lebih kreatif,” tandasnya.
“Antusiasnya batik kini sudah menjadi pakaian sehari-hari. Beberapa mal kita juga sudah banyak menyuguhkan batik yang beragam. Hari-hari kerja sudah pakai batik. Sudah umum dipakai formal dan nonformal,” katanya di Depok, Kamis (17/3/2016).
Dia menjelaskan para UMKM perajin batik harus berlomba memproduksi kain berkualitas di era MEA ini. Apalagi batik sudah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
“Batik kita sudah dikenal, kami anjangsana ke Filipina saja pakai batik. Tentu perkembangan produksi batik kami sangat mengapresiasi. Jangan lihat mal eksklusif karena hampir semua mal premium juga memberdayakan UMKM dan banyak pula kami gelar berbagai pameran. Mal jangan dicitrakan biang kemacetan saja,” jelasnya.
Darwin menilai kualitas para perajin batik sudah baik hanya perlu ditingkatkan dalam hal kemasan dan pelayanan. Tak hanya pakaian ataupun kain batik, berbagai aksesori batik yang diproduksi UMKM juga makin beragam.
“Kembali lagi batik kita kualitasnya bagus, tinggal kemasannya. Pelayanan bagus kalau kemasan kurang atau asal–asalan tentu enggak bagus. Bagaimana cara melayani dan packaging-nya itu harus lebih kreatif,” tandasnya.
(dmd)