Jokowi: Kerugian akibat Kemacetan di Jakarta dan Bandung Rp35 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta proyek pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) cepat diselasaikan untuk mengurai kemacetan di Jakarta dan Bandung. Presiden mencatat kerugian akibat kemacetan mencapai Rp35 triliun per tahun.
Dia menyebutkan, dalam setahun Jakarta mengalami kerugian akibat kemacetan sekitar Rp28 triliun. Sementara untuk jarak Jakarta-Bandung kerugian ditaksir mencapai Rp7 triliun.
"(Kemacetan) inilah yang ingin kita selesaikan. Tiap tahun secara hitungan makro kita kehilangan kurang lebih Rp35 triliun," ungkap Jokowi, saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
(Baca: Kritik dan Saran SBY terhadap Kebijakan Ekonomi Jokowi)
Maka itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta proyek transportasi massal segera diselesaikan. "Saya juga ingin agar semua terintegrasi ke airport. Lihat di Palembang, di sini pun nanti LRT-nya yang ke airport atau nanti kereta api atau kereta cepat ke airport," ujarnya.
Selain soal percepatan pembangunan, Jokowi juga mengingatkan perlunya soal kalkulasi yang tepat, supaya transportasi masal seperti LRT menjadi angkutan alternatif yang diminati masyarakat.
"Semua sudah harus dikalkulasi, dihitung, sehingga ini menjadi alternatif-alternatif bagi masyarakat untuk memakai moda transportasi yang disenangi," tandasnya.
Dia menyebutkan, dalam setahun Jakarta mengalami kerugian akibat kemacetan sekitar Rp28 triliun. Sementara untuk jarak Jakarta-Bandung kerugian ditaksir mencapai Rp7 triliun.
"(Kemacetan) inilah yang ingin kita selesaikan. Tiap tahun secara hitungan makro kita kehilangan kurang lebih Rp35 triliun," ungkap Jokowi, saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
(Baca: Kritik dan Saran SBY terhadap Kebijakan Ekonomi Jokowi)
Maka itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta proyek transportasi massal segera diselesaikan. "Saya juga ingin agar semua terintegrasi ke airport. Lihat di Palembang, di sini pun nanti LRT-nya yang ke airport atau nanti kereta api atau kereta cepat ke airport," ujarnya.
Selain soal percepatan pembangunan, Jokowi juga mengingatkan perlunya soal kalkulasi yang tepat, supaya transportasi masal seperti LRT menjadi angkutan alternatif yang diminati masyarakat.
"Semua sudah harus dikalkulasi, dihitung, sehingga ini menjadi alternatif-alternatif bagi masyarakat untuk memakai moda transportasi yang disenangi," tandasnya.
(dmd)