Tantangan Ekspansi Alibaba di Pasar Asia Tenggara

Selasa, 12 April 2016 - 21:57 WIB
Tantangan Ekspansi Alibaba...
Tantangan Ekspansi Alibaba di Pasar Asia Tenggara
A A A
NEW YORK - Berdasarkan data perusahaan konsultan AT Kearney, e-commerce menyumbang kurang dari 1% penjualan ritel di Asia Tenggara, dibandingkan dengan 6% di Eropa serta 8% di China dan AS. Hal ini menjadi tantangan Alibaba Group Holding Ltd yang telah menyepakati akuisisi saham mayoritas e-commerce Lazada Group senilai USD1 miliar atau sekitar USD13,1 triliun (Rp13.102/USD).

"Alibaba masih memiliki peluang pertumbuhan yang lebih di China, tetapi mereka ingin mendapatkan awal di pasar negara berkembang," ujar analis CLSA Elinor Leung, seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Selasa (12/4/2016).

Menurut Leung, investasi awal bukan tanpa tantangan, mengingat infrastruktur yang lemah di Asia Tenggara dan kecepatan internet lambat sebagai isu utama Alibaba untuk bekerja keras.

(Baca: Alibaba Akuisisi Lazada Rp13,1 Triliun)

Didirikan pada 2012 oleh Rocket, Lazada beroperasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk 256 juta orang, Lazada di antaranya bersaing dengan Tokopedia dan MatahariMall.

Alibaba akan mengarungi pasar di mana belum ada pemain tunggal yang mendominasi. Sementara pertumbuhan di Asia Tenggara sebagai amunisi bagi pelaku belanja online. Namun, banyak negara di kawasan ini masih kekurangan transportasi dan infrastruktur.

"Ekspansi overseas membutuhkan banyak investasi dalam bidang logistik, itu akan mengambil Alibaba lebih lama untuk membangun bisnis dari bawah ke atas," kata Li Yujie, analis RHB Research Institute Sdn di Hong Kong, seperti dikutip dari Bloomberg.

Analis mengatakan, salah satu poin penjualan terbesar untuk Lazada adalah infrastruktur kuat Alibaba dan kemampuan logistik. Asia Tenggara tidak memiliki sebuah perkumpulan gudang, manajemen IT atau dalam beberapa kasus, jalan yang layak, membuat pengiriman barang yang dibeli secara online lebih menantang.

"(Di sini) Alibaba dapat menyediakan infrastruktur dan bimbingan logistik yang kuat, yang akan membantu membawa harga turun dan mempersingkat waktu pengiriman," kata Nicole Peng, seorang analis di Canalys.

Satish Meena, analis di Forrester, mengatakan kesepakatan ini memberikan Alibaba akses pasar. Di mana dinamika kompetitif yang lebih menguntungkan untuk Alibaba daripada di pasar Barat.

"Ekspansi di luar negeri bisa sangat mahal ketika Anda termasuk biaya membangun merek dan investasi dalam bidang logistik. Kesepakatan ini memungkinkan Alibaba fokus pada membawa lebih ke pedagang, sementara menggunakan nama merek yang ada dari Lazada untuk tumbuh lebih lanjut," katanya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7604 seconds (0.1#10.140)