NPL Perbankan di Daerah Ini Meningkat

Rabu, 20 April 2016 - 02:29 WIB
NPL Perbankan di Daerah...
NPL Perbankan di Daerah Ini Meningkat
A A A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia (BI) wilayah Yogyakarta merilis non performing loan (NPL) perbankan di Yogyakarta selama dua bulan pertama tahun 2016 ini mengalami peningkatan dibanding bulan Februari lalu.

Secara umum, rata-rata NPL perbankan baik Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ataupun bank umum meningkat rata-rata dari 2,18 % menjadi 2,84% atau terjadi kenaikan 0,66%.

Dari data yang diungkap oleh BI, terlihat kenaikan NPL terbesar ada di Kabupaten Sleman yang mencapai 2,24 menjadi 3,95 atau meningkat sekitar 1,71 %. Peningkatan kedua terjadi di Kabupaten Kulonprogo dari 2,78 menjadi 3,84 atau naik 1,05% dan disusul Kabupaten Bantul dari 3,63 menjadi 4,15 atau meningkat 0,52%. Dan terakhir mengalami peningkatan NPL adalah Yogyakarta dari 1,89 menjadi 2,28 atau meningkat 0,4%.

Namun di Kabupaten Gunungkidul justru mengalami penurunan, dari 2,75 menjadi 2,53 atau turun sekitar 0,21%. Dibanding bulan Desember akhir tahun lalu, nilai NPL yang mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi pada BPR. Akhir tahun lalu, nilai NPL telah mencapai 5,32 dan akhir bulan Februari 2016 ini telah mencapai 6,04 atau meningkat 0,72%.

Dan untuk bank umum juga meningkat dari 1,72 menjadi 2,37 atau meningkat 0,64%. Dan bank Syariah juga mengalami peningkatan dari 2,37 menjadi 3,26 atau meningkat 0,9%.

Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Yogyakarta, Ascar Setiyono mengakui terjadi perlambatan ekonomi yang berdampak terhadap kinerja perbankan. Meski mengalami pertumbuhan, tetapi pertumbuhannya tidak seperti periode sebelumnya, sehingga berimbas kepada daya beli masyarakat. Dan imbasnya kinerja bank juga terpengaruh pada perlambatan tersebut. “Memang ada perlambatan pertumbuhan, tetapi tidak sampai ada penurunan,”klaimnya, Selasa (19/4/2016).

Menurut Ascar, di tengah situasi yang sedang stagnan seperti sekarang ini terjadi penurunan daya pelunasan pada nasabah-nasabah mereka. Disebabkan penurunan omset masing masing nasabah. Jika sebelumnya seorang nasabah memiliki omset dalam jumlah tertentu, awal tahun ini mengalami penurunan hingga 50%.

Di tengah situasi yang belum stabil ini, pihaknya berusaha menekan pembiayaan seselektif mungkin. Pihaknya tetap menekankan mendapatkan nasabah yang berkualitas dibanding dengan kuantitas pembiayaan yang disalurkan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi peningkatan NPL yang lebih tinggi lagi.

“Kami harus lebih selektif lagi untuk mengucurkan kredit. Kami akan mencari nasabah-nasabah yang lebih berkualitas,” tambahnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengatakan, terjadi perlambatan ekonomi karena situasi global yang memang belum menentu. Kendati demikian, Yogyakarta berhasil mengendalikan tingkat inflasi di angka yang rendah. Bulan Februari yang lalu, pihaknya berhasil menekan angka inflasi di angka 0,44 %.

“Beberapa strategi yang kami terapkan untuk mengendalikan inflasi cukup berhasil. Saat ini kami berusaha memantau pergerakan harga daging,”ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6668 seconds (0.1#10.140)