BI Prediksi April 2016 Deflasi 0,3%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi April 2016 akan terjadi deflasi sekitar 0,3%. Hal ini didukung oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar beberapa waktu lalu.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, BI Juda Agung menuturkan, perkiraan deflasi tersebut juga terjadi lantaran tarif angkutan umum pada periode tersebut mengalami penurunan sekitar 4%. Turunnya tarif angkutan umum ini merupakan dampak dari penurunan harga BBM periode April 2016.
"Bulan ini deflasi, karena ada penurunan harga premium,, solar dan tarif angkutan turun sekitar 4% deflasi sekitar 0,3%," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Dia menambahkan, harga pangan sepanjang April 2016 juga tidak terlalu mengalami gejolak yang berarti. Sejauh ini, sambung dia, harga bahan kebutuhan pokok cenderung stabil sehingga berdampak pada inflasi periode April 2016. "Harga pangan tidak ada yang terlalu bergejolak di bulan ini. Saya kira udah stabilizing," imbuh dia.
Menurutnya, keputusan BI untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) merupakan langkah tepat. Karena, hal tersebut setidaknya mampu memperlambat laju inflasi. Sekadar mengingatkan, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sejak awal tahun sebanyak 0,75% menjadi 6,75%.
"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi 2016 sebesar 4±1% dan tetap konsisten dengan upaya mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada Maret 2016 inflasi tercatat rendah dan semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016 yakni 4±1%. Inflasi tercatat sebesar 0,19% (month to month/mtm) atau 4,45% (year on year/yoy), terutama disumbang oleh inflasi komponen bahan makanan olahan (volatile foods).
Tekanan inflasi volatile foods bersumber dari kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat gangguan pasokan. Di sisi lain, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami deflasi terutama bersumber dari penurunan tarif listrik, tarif angkutan udara dan BBM nonsubsidi.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, BI Juda Agung menuturkan, perkiraan deflasi tersebut juga terjadi lantaran tarif angkutan umum pada periode tersebut mengalami penurunan sekitar 4%. Turunnya tarif angkutan umum ini merupakan dampak dari penurunan harga BBM periode April 2016.
"Bulan ini deflasi, karena ada penurunan harga premium,, solar dan tarif angkutan turun sekitar 4% deflasi sekitar 0,3%," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Dia menambahkan, harga pangan sepanjang April 2016 juga tidak terlalu mengalami gejolak yang berarti. Sejauh ini, sambung dia, harga bahan kebutuhan pokok cenderung stabil sehingga berdampak pada inflasi periode April 2016. "Harga pangan tidak ada yang terlalu bergejolak di bulan ini. Saya kira udah stabilizing," imbuh dia.
Menurutnya, keputusan BI untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) merupakan langkah tepat. Karena, hal tersebut setidaknya mampu memperlambat laju inflasi. Sekadar mengingatkan, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sejak awal tahun sebanyak 0,75% menjadi 6,75%.
"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi 2016 sebesar 4±1% dan tetap konsisten dengan upaya mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada Maret 2016 inflasi tercatat rendah dan semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016 yakni 4±1%. Inflasi tercatat sebesar 0,19% (month to month/mtm) atau 4,45% (year on year/yoy), terutama disumbang oleh inflasi komponen bahan makanan olahan (volatile foods).
Tekanan inflasi volatile foods bersumber dari kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat gangguan pasokan. Di sisi lain, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami deflasi terutama bersumber dari penurunan tarif listrik, tarif angkutan udara dan BBM nonsubsidi.
(akr)