Pemerintah Diminta Waspadai The Fed meski Ekonomi RI Membaik

Jum'at, 22 April 2016 - 15:58 WIB
Pemerintah Diminta Waspadai...
Pemerintah Diminta Waspadai The Fed meski Ekonomi RI Membaik
A A A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, meski saat ini Indonesia sedang mengalami risk on (dana asing masuk ke dalam negeri), namun harus tetap mewaspadai kondisi ekonomo global, khususnya Amerika Serikat (AS). Pasalnya, Federal Reserve (The Fed) bisa saja menaikkan suku bunga.

Selain itu, harga komoditi dunia yang rendah juga menjadi fokus utama pemerintah Indonesia karena berpengaruh pada kondisi perdagangn ekspor dan impor dalam negeri.

"Meski kondisi kita sedang risk on sekarang, kita juga melihat‎ apakah AS akan ada peningkatan bunga. Pejabat-pejabatnya juga memberikan pesan bahwa mereka tidak akan menaikkan secara cepat bunga di AS, tetapi masih diberikan pesan satu tahun ini masih naik sampai 25-50 basist point (BPS). Termasuk perlu diwaspadi juga harga komoditi yang turun," katanya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Menurutnya, pada kuartal I/2016 banyak hal yang membuat kondisi ekonomi Indonesia risk on di tengah perlunya mewaspadai rencana AS soal suku bunga. Ekonomi Indonesia memang menunjukkan perbaikan, membaik di kuartal IV/2015 yakni 5%, dan pada waktu itu The Fed menaikkan suku bunga fed fund rate 25 bps.

"Sehingga pada waktu itu, hingga saat ini jumlah dana yang mengalir ke negara berkembang seperti Indonesia cukup besar. Kebetulan perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak yang melepas valas, sehingga kita melihat rupiah terjadi penguatan ada di kisaran 3%-4%," kata Agus.

Dia menuturkan, selama sepekan ini kondisinya risk on, dalam arti kondisi yang baik di Indonesia. Ada kondisi di mana flight from quality, dan BI melihat rupiah menguat.

"Kondisi ini kalau kita ikuti ada statment-statment AS belum tentu akan menaikkan bunga dengan cepat, Irak mungkin akan setuju dengan salah satu kapasitas produksi minyak. Kita juga mengikuti ada pemogokan di Kuwait, itu membuat harga minyak ada perbaikan," kata Agus.

Selain itu, kondisi yang baik juga terjadi pada inflasi Indonesia. Inflasi Indonesia saat ini berkembang seperti harapan sampai Maret inflasi masih 4,45% (yoy), dengan Maret (mtm) 0,19%.

"Inflasi April sampai pekan ke-3 ini kita lihat bisa deflasi 0,33% dan ini karena ada beberapa harga pangan yang sudah terjadi penurunan. Inflasi masih 4% plus minus 1% dan target bisa tercapai di 2016," katanya.

Neraca perdagangan juga menunjukkan angka yang baik yakni surplus di tiga bulan berturut-turut. Jadi, kondisi risk on saat ini, masih harus dipertahankan. Karena, langkah-langkah penting harus dilakukan khususnya reformasi struktural.

"11 kebijakan ekonomi dan dalam waktu dekat akan keluar yang ke 12, ini akan berikan optimisme bagi Indonesiaa sendiri," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0779 seconds (0.1#10.140)