Pangeran Muda Arab Saudi Akan Akhiri 'Kecanduan' Minyak
A
A
A
RIYADH - Pangeran muda Arab Saudi Mohammed bin Salman mengumumkan rencana ambisius untuk mengakhiri kecanduan pada minyak dan mengubahnya menjadi negara dengan kekuatan investasi global.
Dia mengatakan, sebagai negara eksportir minyak utama dunia mengharapkan perusahaan minyak Saudi Aramco untuk menjual sahamnya sebesar 5% senilai lebih dari USD2 triliun melalui penawaran umum perdana (IPO). Pihaknya akan menaikkan modal dana investasi publik menjadi 7 triliun riyal (USD2 triliun) dari 600 miliar riyal (USD160 miliar).
(Baca: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Nasional USD2 Triliun)
Rencana tersebut juga termasuk perubahan yang akan mengubah struktur sosial dari kerajaan ultra-konservatif dengan mendorong kaum perempuan untuk memiliki peran besar terhadap ekonomi dan dengan menawarkan statusnya ditingkatkan ke penduduk ekspatriat.
"Kami tidak akan membiarkan negara kita berada di volatilitas harga komoditas atau pasar eksternal," kata Pangeran Mohammed pada konferensi pers pertamanya dengan wartawan internasional, yang diundang ke istana Riyadh untuk acara tersebut seperti dikutip dari Reutes, Selasa (26/4/2016).
"Kami telah membuat kasus kecanduan minyak di Arab Saudi," imbuhnya sebelumnya mengatakan kepada saluran berita televisi Al-Arabiya. (Baca: Harga Minyak Jatuh, IMF Ramal Pendapatan Negara Timteng Anjlok).
Dalam "Visi 2030" Pangeran muda ini ingin meningkatkan pendapatan nonminyak menjadi 600 miliar riyal (USD160 milyar) pada 2020 dan 1 triliun riyal (USD267 miliar) pada 2030 dari 163,5 miliar riyal (USD43,6 miliar) tahun lalu.
Pangeran berusia 31 tahun ini memberi jawaban meyakinkan untuk pertanyaan atas masalah sosial di Saudi, dan khususnya untuk kaum muda, yang menghadapi pengangguran dan penurunan ekonomi meskipun tetap sebagai negara kaya akan minyaknya.
Bahkan, sebelum harga minyak mulai terjun pada 2014, ekonom dianggap kebijakan fiskal Riyadh dan struktur ekonomi tidak tumbuh berkelanjutan, tetapi mengurangi pendapatan dari penjualan energi telah membuat reformasi lebih mendesak untuk segera dilakukan.
Rencananya muncul untuk mengangkat sentimen di pasar saham Arab Saudi, TASI. Di mana saham melonjak 2,5% pada perdagangan terberat selama delapan bulan, tapi turun dari skeptis meyakinkan bahwa kerajaan bisa makmur di era harga minyak yang murah.
Pangeran Mohammed mengatakan bahwa restrukturisasi Reksa Dana Umum (PIF) akan menjadi hub untuk investasi Saudi di luar negeri, antara lain dengan mengumpulkan uang melalui penjualan saham di Aramco.
Dia mengatakan, sebagai negara eksportir minyak utama dunia mengharapkan perusahaan minyak Saudi Aramco untuk menjual sahamnya sebesar 5% senilai lebih dari USD2 triliun melalui penawaran umum perdana (IPO). Pihaknya akan menaikkan modal dana investasi publik menjadi 7 triliun riyal (USD2 triliun) dari 600 miliar riyal (USD160 miliar).
(Baca: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Nasional USD2 Triliun)
Rencana tersebut juga termasuk perubahan yang akan mengubah struktur sosial dari kerajaan ultra-konservatif dengan mendorong kaum perempuan untuk memiliki peran besar terhadap ekonomi dan dengan menawarkan statusnya ditingkatkan ke penduduk ekspatriat.
"Kami tidak akan membiarkan negara kita berada di volatilitas harga komoditas atau pasar eksternal," kata Pangeran Mohammed pada konferensi pers pertamanya dengan wartawan internasional, yang diundang ke istana Riyadh untuk acara tersebut seperti dikutip dari Reutes, Selasa (26/4/2016).
"Kami telah membuat kasus kecanduan minyak di Arab Saudi," imbuhnya sebelumnya mengatakan kepada saluran berita televisi Al-Arabiya. (Baca: Harga Minyak Jatuh, IMF Ramal Pendapatan Negara Timteng Anjlok).
Dalam "Visi 2030" Pangeran muda ini ingin meningkatkan pendapatan nonminyak menjadi 600 miliar riyal (USD160 milyar) pada 2020 dan 1 triliun riyal (USD267 miliar) pada 2030 dari 163,5 miliar riyal (USD43,6 miliar) tahun lalu.
Pangeran berusia 31 tahun ini memberi jawaban meyakinkan untuk pertanyaan atas masalah sosial di Saudi, dan khususnya untuk kaum muda, yang menghadapi pengangguran dan penurunan ekonomi meskipun tetap sebagai negara kaya akan minyaknya.
Bahkan, sebelum harga minyak mulai terjun pada 2014, ekonom dianggap kebijakan fiskal Riyadh dan struktur ekonomi tidak tumbuh berkelanjutan, tetapi mengurangi pendapatan dari penjualan energi telah membuat reformasi lebih mendesak untuk segera dilakukan.
Rencananya muncul untuk mengangkat sentimen di pasar saham Arab Saudi, TASI. Di mana saham melonjak 2,5% pada perdagangan terberat selama delapan bulan, tapi turun dari skeptis meyakinkan bahwa kerajaan bisa makmur di era harga minyak yang murah.
Pangeran Mohammed mengatakan bahwa restrukturisasi Reksa Dana Umum (PIF) akan menjadi hub untuk investasi Saudi di luar negeri, antara lain dengan mengumpulkan uang melalui penjualan saham di Aramco.
(izz)