JK Ingatkan Dahsyatnya Krisis Ekonomi 1998
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengingatkan agar Indonesia tidak lagi terjebak dalam krisis ekonomi seperti yang terjadi pada 1998 yang dinilainya sebagai krisis paling hebat. Saat itu, seluruh komponen ekonomi dalam negeri tumbuh negatif.
"Indonesia juga pernah mengalami berbagai krisis. Krisis 1997-1998 yang terbesar dialami, terjadi pertumbuhan negatif 15%, inflasi 60%, rupiah tidak terkendali dan tentu harga saham jatuh, walaupun saat itu pasar modal masih tidak sebesar hari ini. Ini diakibatkan antara lain, ketidakhati-hatian mengelola sistem keuangannya," kata JK di Jakarta, Jumat (29/4/2016).
Dia menuturkan, 10 tahun sebelumnya atau sekitar tahun 1988 adalah kondisi sangat liberal dan mudah untuk membuat bank di Indonesia yang saat itu jumlahnya mencapai 290 bank. Persaingan tidak sehat dalam ekonomi yang tidak terbatas, menjadikan masalah di sistem perbankan 10 tahun kemudian dan terjadi krisis.
"Karena itulah, setelah krisis 2008 lalu yang tidak sebesar 1998, dunia berhati-hati dalam mengelola sistem keuangan. Masalah fundamentalis, tentu perlu dievaluasi seperti itu, lebih berhati-hati," pungkas Wapres.
"Indonesia juga pernah mengalami berbagai krisis. Krisis 1997-1998 yang terbesar dialami, terjadi pertumbuhan negatif 15%, inflasi 60%, rupiah tidak terkendali dan tentu harga saham jatuh, walaupun saat itu pasar modal masih tidak sebesar hari ini. Ini diakibatkan antara lain, ketidakhati-hatian mengelola sistem keuangannya," kata JK di Jakarta, Jumat (29/4/2016).
Dia menuturkan, 10 tahun sebelumnya atau sekitar tahun 1988 adalah kondisi sangat liberal dan mudah untuk membuat bank di Indonesia yang saat itu jumlahnya mencapai 290 bank. Persaingan tidak sehat dalam ekonomi yang tidak terbatas, menjadikan masalah di sistem perbankan 10 tahun kemudian dan terjadi krisis.
"Karena itulah, setelah krisis 2008 lalu yang tidak sebesar 1998, dunia berhati-hati dalam mengelola sistem keuangan. Masalah fundamentalis, tentu perlu dievaluasi seperti itu, lebih berhati-hati," pungkas Wapres.
(izz)