Sandinomics: Optimistis, Indonesia Mampu Hadapi Krisis Ekonomi Global!

Selasa, 25 Oktober 2022 - 20:43 WIB
loading...
Sandinomics: Optimistis,...
Indonesia optimistis mampu menghadapi krisis global. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Krisis global yang terjadi pada tahun 2022 serta prediksi akan gelapnya perekonomian dunia pada tahun 2023 menarik perhatian seluruh pihak. Buruknya perekonomian global yang dipicu inflasi tinggi, krisis pangan dan energi hingga perang Rusia-Ukraina pun berimbas terhadap Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faisal dalam Talkshow Sandinomics bertajuk 'Memahami Resesi dan Relevansi Pemenang Nobel Ekonomi Tahun 2022' pada 19 Oktober 2022. Dalam diskusi bersama Alex Datuk, Fithra menyampaikan kondisi perekonomian Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi global pada tahun 2023.

Dalam periode awal pandemi covid 19 yaitu kuartal II tahun 2020 hingga kuartal I tahun 2021, Indonesia mengalami resesi. "Kalau dua kuartal berturut-turut kita mengalami pertumbuhan ekonomi negatif atau minus, artinya sudah masuk wilayah resesi," paparnya.



Namun, perekonomian Indonesia membaik pasca terkendalinya covid-19. Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh positif sejak kuartal II tahun 2021, yakni sebesar 3,69 persen. Pertumbuhan ekonomi pun kembali meningkat pada kuartal II 2022 sebesar 5,44 persen.

Merujuk hal tersebut, Fithra menjelaskan kemungkinan Indonesia memasuki zona resesi sangat kecil. “Apakah kita bisa memasuki masa resesi berikutnya? Bisa saja, tetapi dalam konteks sekarang, (pertumbuhan ekonomi) 5,44 persen. Untuk jatuh negatif itu butuh suatu usaha yang sangat signifikan," ungkap Fithra.

Pernyataannya merujuk kicauan Managing Director IMF, Kristalina Georgieva lewat postingan twitter pribadi pada 11 Oktober 2022. "Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy!"

Cuitan ini, katanya, menjadi bukti perekonomian Indonesia sangat menjanjikan di tengah buruknya perekonomian global. "Saya melihat data-data yang ada dalam setahun terakhir ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia jauh dari resesi," imbuh Alex Datuk.



Jadi, meski inflasi Indonesia mengalami kenaikan, Alex menyebutkan tingkat inflasi tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan banyak negara lainnya. “Kita lalu lihat neraca perdagangan yang sudah persistent (bertahan) surplus selama 29 bulan berturut. Hal ini merupakan salah satu indikator kesehatan ekonomi," ungkap Alex.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1325 seconds (0.1#10.140)