Pengamat Maritim Sebut Pelabuhan Patimban Banyak Negatifnya

Selasa, 03 Mei 2016 - 21:33 WIB
Pengamat Maritim Sebut...
Pengamat Maritim Sebut Pelabuhan Patimban Banyak Negatifnya
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif National Maritime Institute, ‎Siswanto Rusdi mengatakan, pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat memang berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja di wilayah sekitar. Namun dari sisi bisnis, pembangunan pelabuhan tersebut terlalu berisiko lantaran lokasinya terlalu dekat dengan pelabuhan lain, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Dia mengungkapkan, pembangunan Pelabuhan Patimban sejatinya akan lebih banyak dampak negatifnya ketimbang positifnya. Apalagi, pelabuhan tersebut juga belum tentu mampu menyaingi Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Emas yang infrastrukturnya jauh lebih berkembang.

"Terus industri yang mau diambil kan sebetulnya industri-industri yang selama ini ke Tanjung Priok atau ke Semarang. Jadi masih yang itu-itu juga," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Selasa (3/5/2016).

Siswanto menjelaskan, Tanjung Priok selama ini mengambil interline antara Jawa Barat dan Bandung. Sementara, Pelabuhan Tanjung Emas mengambil konsumen dari Cirebon atau Semarang. Saat ini, pemerintah berencana membangun Pelabuhan Patimban yang letaknya berada di tengah-tengah antara kedua pelabuhan tersebut.

"Nah sekarang di tengah dibikin Patimban. Bagaimana nanti pengangkutan ke Tanjung Priok, ke Semarang. Lagi pula tidak serta merta pelabuhan baru itu orang mau juga mengirimkan barang ke sana. Belum tentu. Tergantung rute kapalnya juga," imbuh dia.

(Baca: Pelabuhan Patimban Bakal Timbulkan Persaingan Tak Sehat)

Dia juga mempertanyakan potensi kapal untuk bersandar dan melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Patimban. Pasalnya, pelabuhan juga harus memiliki koneksi ke daerah tujuan barang.

"Pelabuhannya mungkin bisa dibangun, tetapi apakah kapal yang akan bersandar ke sana atau ada kapal yang membuka layanan dari tujuan barang ini," terangnya.

Selain itu, tambah Siswanto, infrastruktur dan akses jalan di wilayah sekitar juga masih belum berkembang seperti di Pelabuhan Tanjung Priok ataupun Pelabuhan Tanjung Emas.

Meskipun tidak berpotensi menjadi semrawut seperti Tanjung Priok, namun pemerintah perlu mempertimbangkan secara masak akses jalan ke pelabuhan pengganti Cilamaya tersebut.

"‎Kalau semrawut tidak, karena itu kan daerah pinggir. Tapi masalahnya, apakah akses jalannya sudah kuat. Dan yang paling penting apa kapal memiliki akses," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1527 seconds (0.1#10.140)