Rupiah Diramal Masih di Tren Pelemahan
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini, Selasa (17/5/2016) dibuka menguat tipis 0,05% atau 7 poin ke Rp13.303/USD. Sebelumnya, rupiah ditutup menguat pada perdagangan Senin (16/5/2016). Nilai tukar rupiah ditutup terapresiasi 15 poin atau 0,11% ke Rp13.210/USD.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan masih adanya sentiment negatif membuat laju rupiah pada hari ini diperkirakan kian berat untuk berbalik menguat dan masih berada di tren pelemahan.
"Kami memperkirakan laju rupiah masih dalam tren pelemahannya meski kami juga berharap adanya pelemahan terbatas pada laju rupiah," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/5/2016)
Dia memprediksi rupiah akan berada di level support Rp13.335/USD serta resisten Rp13.320/USD.
“Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah,” sambungnya. Hal ini merujuk setelah dirilisnya angka neraca pembayaran Indonesia yang cenderung kembali mengalami defisit dan ditanggapi negatif oleh pelaku pasar.
Kali ini, pelaku pasar kembali disuguhkan berita negatif dimana angka total ekspor-impor mengalami pelemahan. Sekalipun secara perhitungan net mengalami surplus sebesar USD670 juta, namun dari sisi ekspor dan impor secara satuan cenderung turun.
"Adanya penurunan ini dipersepsikan masih cenderung melambatnya ekonomi Indonesia. Apalagi sebelumnya juga dikonfirmasi dengan adanya pelemahan GDP sehingga makin menambah sentimen kurang baik pada rupiah," pungkasnya.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan masih adanya sentiment negatif membuat laju rupiah pada hari ini diperkirakan kian berat untuk berbalik menguat dan masih berada di tren pelemahan.
"Kami memperkirakan laju rupiah masih dalam tren pelemahannya meski kami juga berharap adanya pelemahan terbatas pada laju rupiah," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/5/2016)
Dia memprediksi rupiah akan berada di level support Rp13.335/USD serta resisten Rp13.320/USD.
“Tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah,” sambungnya. Hal ini merujuk setelah dirilisnya angka neraca pembayaran Indonesia yang cenderung kembali mengalami defisit dan ditanggapi negatif oleh pelaku pasar.
Kali ini, pelaku pasar kembali disuguhkan berita negatif dimana angka total ekspor-impor mengalami pelemahan. Sekalipun secara perhitungan net mengalami surplus sebesar USD670 juta, namun dari sisi ekspor dan impor secara satuan cenderung turun.
"Adanya penurunan ini dipersepsikan masih cenderung melambatnya ekonomi Indonesia. Apalagi sebelumnya juga dikonfirmasi dengan adanya pelemahan GDP sehingga makin menambah sentimen kurang baik pada rupiah," pungkasnya.
(ven)