Petai Diprediksi Memicu Inflasi Saat Ramadhan
A
A
A
SOLO - Komoditas petai diprediksi turut menjadi pemicu inflasi saat Ramadhan dan Idul Fitri mendatang di Kota Solo. Pasalnya, tingkat konsumsi bahan penyedap makanan tersebut meningkat tajam memasuki bulan Ramadhan.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Solo, Bandoe Widiarto mengatakan, pada Juli 2015 lalu, inflasi di Solo mencapai 0,96% month to month (mtm) dan bahan pangan memberi andil 0,51%. Komoditi yang menyumbang inflasi adalah cabai rawit, daging ayam ras, petai dan bawang putih.
Sedangkan tahun 2014 sebelumnya, angka inflasi 0,59% (mtm) dan bahan pangan memberi andil 0,28%. Petai, daging ayam ras, dan kelapa menjadi penyumbang inflasi terbesar. Dalam beberapa tahun terakhir, petai selalu ikut menjadi penyumbang inflasi di Solo saat bulan puasa dan Idul Fitri.
“Kami memprediksi petai akan kembali ikut andil dalam menyumbang inflasi,” ungkap Bandoe Widiarto, Selasa (31/5/2016).
Sebab masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya memiliki kebiasaan menggunakan petai yang memiliki bau khas dicampur dengan makanan lainnya. Jika dicermati lebih detail, komoditas pemicu inflasi selama kurun waktu enam tahun terakhir didominasi daging ayam ras, beras, cabai, bawang merah, dan petai.
Kenaikan harga saat Ramadhan dan Idul Fitri, sebenarnya lebih dipengaruhi perilaku masyarakat dalam pola konsumsi. Ketika puasa, biasanya memilih menu-menu makanan khusus yang lezat. Guna menekan angka inflasi, TPID menggandeng kalangan ulama agar mengarahkan masyarakat menjadi konsumen bijaksana. Melalui ceramah-ceramah diharapkan dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
Asisten bidang Kesejahteraan Masyarakat Setda Solo, Rohana mengatakan jalur dan pasokan ditribusi harus dijaga agar kenaikan harga tidak tinggi. Sebab Kota Solo bukan daerah produsen dan tergantung pasokan dari wilayah lain. “Selama ini, persediaan berbagai komoditas relatif melimpah,” terang Rohana.
Sebagai antisipasi kenaikan harga, TPID mengagendakan beberapa kegiatan pasar murah serta pembagian sembako gratis kepada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat mengintervensi pasar agar kenaikan harga relatif masih dalam taraf wajar.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Solo, Bandoe Widiarto mengatakan, pada Juli 2015 lalu, inflasi di Solo mencapai 0,96% month to month (mtm) dan bahan pangan memberi andil 0,51%. Komoditi yang menyumbang inflasi adalah cabai rawit, daging ayam ras, petai dan bawang putih.
Sedangkan tahun 2014 sebelumnya, angka inflasi 0,59% (mtm) dan bahan pangan memberi andil 0,28%. Petai, daging ayam ras, dan kelapa menjadi penyumbang inflasi terbesar. Dalam beberapa tahun terakhir, petai selalu ikut menjadi penyumbang inflasi di Solo saat bulan puasa dan Idul Fitri.
“Kami memprediksi petai akan kembali ikut andil dalam menyumbang inflasi,” ungkap Bandoe Widiarto, Selasa (31/5/2016).
Sebab masyarakat di Kota Solo dan sekitarnya memiliki kebiasaan menggunakan petai yang memiliki bau khas dicampur dengan makanan lainnya. Jika dicermati lebih detail, komoditas pemicu inflasi selama kurun waktu enam tahun terakhir didominasi daging ayam ras, beras, cabai, bawang merah, dan petai.
Kenaikan harga saat Ramadhan dan Idul Fitri, sebenarnya lebih dipengaruhi perilaku masyarakat dalam pola konsumsi. Ketika puasa, biasanya memilih menu-menu makanan khusus yang lezat. Guna menekan angka inflasi, TPID menggandeng kalangan ulama agar mengarahkan masyarakat menjadi konsumen bijaksana. Melalui ceramah-ceramah diharapkan dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
Asisten bidang Kesejahteraan Masyarakat Setda Solo, Rohana mengatakan jalur dan pasokan ditribusi harus dijaga agar kenaikan harga tidak tinggi. Sebab Kota Solo bukan daerah produsen dan tergantung pasokan dari wilayah lain. “Selama ini, persediaan berbagai komoditas relatif melimpah,” terang Rohana.
Sebagai antisipasi kenaikan harga, TPID mengagendakan beberapa kegiatan pasar murah serta pembagian sembako gratis kepada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat mengintervensi pasar agar kenaikan harga relatif masih dalam taraf wajar.
(ven)