Adira Insurance Dorong Besaran Premi Bukan dari Jenis Mobil
A
A
A
JAKARTA - PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) mendorong besaran premi asuransi yang dibayar nasabah bukan dari jenis mobil. Melainkan pola perilaku pengendara tersebut.
Direktur Utama Adira Insurance Indra Baruna mengatakan, alasannya karena jika ada dua mobil dengan merk sama belum tentu pola pengendaranya sama. Sehingga menjadi tidak relevan.
"Karena mobil sama persis dikendarai dua orang berbeda ya hasilnya beda. Kalau kami lihat pricing (premi) dari mobilnya ya percuma begitu, ke depan itu harus ke arah sana," ujarnya di Kepulauan Seribu, Sabtu (4/6/2016).
Indra menjelaskan, dengan pola itu bisa memperoleh data kebiasaan nasabah dari cara mengemudinya. Pemerintah juga diminta mendorong penggunaan polis third party ability.
"Makanya kami bisa mendapatkan kebiasaan customer yang benar nah itu yang harus diusahakan dengan cara apa? Pemerintah berusaha dorong menjadikan third party ability bagi driver orang yang bisa mengendarai punya polis third party ability karena bisa terkontrol seperti rugikan orang lain, nabrak jembatan, rumah, dia bisa ganti kalau punya polis third party," katanya.
Sementara, lanjut Indra, masyarakat yang tidak menggunakannya maka akan mengganti dengan uang sendiri. Lalu data kecelakaan akan direkam untuk data industri asuransi.
"Kalau enggak dia ganti duit sendiri, kalau yang ditabrak Rolls Royce kan celaka, kalau ada ini jadi bisa dicatat orang ini nabrak ini jam berapa semua akan terekam. Sehingga data based dari orang per orang ter-capture akan bagus buat industri apalagi kalau data itu bisa disatukan diakses data seperti credit card bisa cek ke BI bagaimana perilaku kreditnya," pungkasnya.
Direktur Utama Adira Insurance Indra Baruna mengatakan, alasannya karena jika ada dua mobil dengan merk sama belum tentu pola pengendaranya sama. Sehingga menjadi tidak relevan.
"Karena mobil sama persis dikendarai dua orang berbeda ya hasilnya beda. Kalau kami lihat pricing (premi) dari mobilnya ya percuma begitu, ke depan itu harus ke arah sana," ujarnya di Kepulauan Seribu, Sabtu (4/6/2016).
Indra menjelaskan, dengan pola itu bisa memperoleh data kebiasaan nasabah dari cara mengemudinya. Pemerintah juga diminta mendorong penggunaan polis third party ability.
"Makanya kami bisa mendapatkan kebiasaan customer yang benar nah itu yang harus diusahakan dengan cara apa? Pemerintah berusaha dorong menjadikan third party ability bagi driver orang yang bisa mengendarai punya polis third party ability karena bisa terkontrol seperti rugikan orang lain, nabrak jembatan, rumah, dia bisa ganti kalau punya polis third party," katanya.
Sementara, lanjut Indra, masyarakat yang tidak menggunakannya maka akan mengganti dengan uang sendiri. Lalu data kecelakaan akan direkam untuk data industri asuransi.
"Kalau enggak dia ganti duit sendiri, kalau yang ditabrak Rolls Royce kan celaka, kalau ada ini jadi bisa dicatat orang ini nabrak ini jam berapa semua akan terekam. Sehingga data based dari orang per orang ter-capture akan bagus buat industri apalagi kalau data itu bisa disatukan diakses data seperti credit card bisa cek ke BI bagaimana perilaku kreditnya," pungkasnya.
(ven)