Sentra Pangan Dekat Konsumen Jalan Keluar Atasi Daging Mahal
A
A
A
JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menerangkan sentra pangan (food estate) yang terletak dekat konsumen dinilai bisa menjadi jalan keluar mengatasi mahalnya harga daging sapi. Hal ini lantaran sebesar 60% dari total konsumsi daging sapi nasional berada di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang mengambil pasokan dari wilayah cukup jauh.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi menerangkan saat ini belum ada sentra pangan (food estate) di sekitar Jabodetabek. Sehingga, biaya distribusi cukup mahal karena diambil dari Jawa Timur (Jatim), Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"60% daging dikonsumsi Jabodetabek, mengambil dari Jatim, Bali, NTT jadi ongkos naik. Seharusnya bangun food estate di Jawa Barat dan Banten," ujarnya di Jakarta, Senin (6/6/2016).
(Baca Juga: Ada Kejanggalan dalam Penetapan Harga Daging Sapi)
Menurutnya pemerintah harus membangun sentra pangan yang berada di sekitar wilayah konsumen karena jika ditaruh cukup jauh, maka tidak ada infrastrukturnya yang bisa membuat harga menjadi mahal. "Perlu ada distribusi membangun infrastruktur, food estate di tiap sentra dekat dengan konsumen. Kalau taruh di Irian, jauh, tidak ada infrastruktur," ucap dia.
Selain itu, lanjut dia perlu ada diversifikasi jenis pangan di Tanah Air seperti mengganti konsumsi daging sapi dengan kerbau meski masih butuh pengembangan karena jumlahnya sedikit
"Perlu ada diversifikasi pangan, kenapa kita tidak buka daging kerbau? Kalau harga daging sapi naik larinya ke ayam, ayam juga naik. Kerbau tidak kalah asupan hewaninya bahkan lebih bagus proteinnya tapi karena jumlahnya baru 1 juta kurang, jadi perlu pengembangan," pungkasnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi menerangkan saat ini belum ada sentra pangan (food estate) di sekitar Jabodetabek. Sehingga, biaya distribusi cukup mahal karena diambil dari Jawa Timur (Jatim), Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"60% daging dikonsumsi Jabodetabek, mengambil dari Jatim, Bali, NTT jadi ongkos naik. Seharusnya bangun food estate di Jawa Barat dan Banten," ujarnya di Jakarta, Senin (6/6/2016).
(Baca Juga: Ada Kejanggalan dalam Penetapan Harga Daging Sapi)
Menurutnya pemerintah harus membangun sentra pangan yang berada di sekitar wilayah konsumen karena jika ditaruh cukup jauh, maka tidak ada infrastrukturnya yang bisa membuat harga menjadi mahal. "Perlu ada distribusi membangun infrastruktur, food estate di tiap sentra dekat dengan konsumen. Kalau taruh di Irian, jauh, tidak ada infrastruktur," ucap dia.
Selain itu, lanjut dia perlu ada diversifikasi jenis pangan di Tanah Air seperti mengganti konsumsi daging sapi dengan kerbau meski masih butuh pengembangan karena jumlahnya sedikit
"Perlu ada diversifikasi pangan, kenapa kita tidak buka daging kerbau? Kalau harga daging sapi naik larinya ke ayam, ayam juga naik. Kerbau tidak kalah asupan hewaninya bahkan lebih bagus proteinnya tapi karena jumlahnya baru 1 juta kurang, jadi perlu pengembangan," pungkasnya.
(akr)