DPR: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3% Terlalu Pede
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sarmuji mengemukakan, pertumbuhan ekonomi yang diusung pemerintah di angka 5,3% dinilai terlalu over optimistic alias terlalu pede (percaya diri). Jika target tersebut mampu dicapai pemerintah, dia siap mentraktir makan dan buka puasa Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro.
Sarmuji mengatakan, melihat kenyataan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih melambat, rasanya tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dicapai hingga 5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi 5,3% saya rasa over optimistic, kalau bisa tercapai saya rasa Pak Menteri Keuangan layak untuk diajak makan siang atau buka puasa. Dengan komponen-komponen yang dijelaskan tadi, 5,3% ini menurut saya seperti kehilangan dasar," ujarnya dalam Rapat Kerja (raker) di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Selain pertumbuhan ekonomi, Sarmuji juga mempertanyakan soal inflasi yang seharusnya bisa dikendalikan tidak hanya mengandalkan instrumen suku bunga per 3 bulanan yang biasanya diumumkan Bank Indonesia (BI).
"Kami ingin dijelaskan kira-kira instrumen apa yang bisa dipakai untuk kendalikan inflasi selain suku bunga 3 bulanan itu," katanya.
Target tax amnesty (pengampunan pajak) pun juga dipertanyakan oleh politisi partai Golkar ini. Dia sanksi bahwa target menerimaan dari tax amnesty yang sebesar Rp165 triliun itu akan tercapai.
"Karena saya berpendapat bahwa tax amnesty ini butuh waktu, makanya di daftar inventarisasi masalah (DIM) kami bukan 6 bulan tapi setahun. Kalau tax amnesty ini diikuti pengusaha tapi diakhir tahun ini, pasti kontribusi ke APBN kita enggak maksimal sehingga angka Rp165 triliun itu masih layak kami pertanyakan," pungkasnya.
Sarmuji mengatakan, melihat kenyataan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih melambat, rasanya tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dicapai hingga 5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi 5,3% saya rasa over optimistic, kalau bisa tercapai saya rasa Pak Menteri Keuangan layak untuk diajak makan siang atau buka puasa. Dengan komponen-komponen yang dijelaskan tadi, 5,3% ini menurut saya seperti kehilangan dasar," ujarnya dalam Rapat Kerja (raker) di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Selain pertumbuhan ekonomi, Sarmuji juga mempertanyakan soal inflasi yang seharusnya bisa dikendalikan tidak hanya mengandalkan instrumen suku bunga per 3 bulanan yang biasanya diumumkan Bank Indonesia (BI).
"Kami ingin dijelaskan kira-kira instrumen apa yang bisa dipakai untuk kendalikan inflasi selain suku bunga 3 bulanan itu," katanya.
Target tax amnesty (pengampunan pajak) pun juga dipertanyakan oleh politisi partai Golkar ini. Dia sanksi bahwa target menerimaan dari tax amnesty yang sebesar Rp165 triliun itu akan tercapai.
"Karena saya berpendapat bahwa tax amnesty ini butuh waktu, makanya di daftar inventarisasi masalah (DIM) kami bukan 6 bulan tapi setahun. Kalau tax amnesty ini diikuti pengusaha tapi diakhir tahun ini, pasti kontribusi ke APBN kita enggak maksimal sehingga angka Rp165 triliun itu masih layak kami pertanyakan," pungkasnya.
(dmd)