Harga Minyak Turun Tipis Akibat Serangan di Nigeria
A
A
A
TOKYO - Harga minyak Brent beringsut lebih rendah pada Selasa ini, disebabkan serangan terhadap infrastruktur minyak di Nigeria dan penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Tapi ada momentum untuk menguat kembali.
Melansir Reuters, di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun 13 sen ke USD50,42 per barel pada 01.48 GMT, setelah menetap sampai 91 sen pada hari Senin. Brent menyentuh level tinggi USD50,83 pada sesi sebelumnya, tertinggi sejak 4 November 2015.
Minyak mentah NYMEX untuk pengiriman Juli turun 7 sen menjadi USD49,62 per barel, setelah menetap sampai USD1,07 pada hari Senin.
"Munyak sempat pada momentum ke atas dimana Brent di atas USD50 dan restrat kilang Perancis namun ditutup pada pemogokan dan serangan pipa di Nigeria," kata Kaname Gokon, broker di Okato Shoji Tokyo seperti dilansir Reuters, Selasa (7/6/2016).
Pekerjaan pendahuluan untuk memulai kembali tiga dari kilang minyak Perancis, Total, pada Senin kemarin tiba-tiba terhenti akibat pemogokan nasional terhadap perubahan rencana undang-undang ketenagakerjaan. Pekerja masih mogok di dua pelabuhan minyak utama negeri Napoleon itu.
Adapun produksi minyak mentah Nigeria, Bonny Light turun oleh sekitar 170.000 barel per hari (bph) menyusul serangan baru pada infrastruktur pipa, menurut sumber industri yang dekat dengan masalah tersebut.
Total produksi minyak mentah telah jatuh lebih dari 500.000 bph di sebuah negara yang dulunya produsen minyak terbesar Afrika.
Minyak menelusuri keuntungan karena dolar turun akibat data mengecewakan pertumbuhan tenaga kerja AS pada bulan Mei kemarin. Namun para pedagang minyak tetap waspada karena setiap keuntungan jangka dekat dengan greenback (dolar AS) akan membuatnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya untuk membeli minyak mentah dalam mata uang dolar.
Ketua The Fed, Janet Yellen mengatakan masih mengharapkan kenaikan suku bunga secara bertahap pada tahun ini. Dan dolar bisa reli di hari mendatang jika spekulasi kenaikan suku bunga benar-benar terjadi.
Melansir Reuters, di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun 13 sen ke USD50,42 per barel pada 01.48 GMT, setelah menetap sampai 91 sen pada hari Senin. Brent menyentuh level tinggi USD50,83 pada sesi sebelumnya, tertinggi sejak 4 November 2015.
Minyak mentah NYMEX untuk pengiriman Juli turun 7 sen menjadi USD49,62 per barel, setelah menetap sampai USD1,07 pada hari Senin.
"Munyak sempat pada momentum ke atas dimana Brent di atas USD50 dan restrat kilang Perancis namun ditutup pada pemogokan dan serangan pipa di Nigeria," kata Kaname Gokon, broker di Okato Shoji Tokyo seperti dilansir Reuters, Selasa (7/6/2016).
Pekerjaan pendahuluan untuk memulai kembali tiga dari kilang minyak Perancis, Total, pada Senin kemarin tiba-tiba terhenti akibat pemogokan nasional terhadap perubahan rencana undang-undang ketenagakerjaan. Pekerja masih mogok di dua pelabuhan minyak utama negeri Napoleon itu.
Adapun produksi minyak mentah Nigeria, Bonny Light turun oleh sekitar 170.000 barel per hari (bph) menyusul serangan baru pada infrastruktur pipa, menurut sumber industri yang dekat dengan masalah tersebut.
Total produksi minyak mentah telah jatuh lebih dari 500.000 bph di sebuah negara yang dulunya produsen minyak terbesar Afrika.
Minyak menelusuri keuntungan karena dolar turun akibat data mengecewakan pertumbuhan tenaga kerja AS pada bulan Mei kemarin. Namun para pedagang minyak tetap waspada karena setiap keuntungan jangka dekat dengan greenback (dolar AS) akan membuatnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya untuk membeli minyak mentah dalam mata uang dolar.
Ketua The Fed, Janet Yellen mengatakan masih mengharapkan kenaikan suku bunga secara bertahap pada tahun ini. Dan dolar bisa reli di hari mendatang jika spekulasi kenaikan suku bunga benar-benar terjadi.
(ven)