CORE Prediksi Inflasi Jelang Idul Fitri Bisa Mencapai 1%
A
A
A
JAKARTA - Direktur Riset CORE Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi angka inflasi sepanjang Ramadhan dan Idul Fitri atau bulan Juni-Juli mencapai 1%. Analisa Faisal, merunut dari prediksi Bank Indonesia (BI) dimana pada pekan pertama Juni 2016, inflasi sudah mencapai 0,59%.
Berdasarkan riset mereka, Faisal mewanti-wanti pemerintah agar berhati-hati terhadap harga pangan di pasaran. Seperti dirasakan, harga pangan di pasaran selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri mengalami kenaikan tajam. Terutama harga daging sapi yang saat ini rata-rata Rp120.000 per kilogram.
"Prediksi BI pada pekan pertama Juni 2016, inflasi umum 0,59%. Ini peningkatannya signifikan sekali," kata Faisal di Kantor Core Indonesia, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Secara historis, dia bercerita, harga pangan atau inflasi volitile food menjadi pedorong utama sehingga menyebabkan fluktuasi di momen Ramadhan tinggi sekali.
"Bahkan mungkin untuk inflasi pangan saja di Juni-Juli bisa di atas 1%," ujar Faisal. (Baca: BPS: Angkutan Dalam Kota Bisa Sebabkan Inflasi)
Di sini, stabilisasi harga harus dijaga dan pemerintah tidak bisa hanya berperan sektoral. Yang harus diingat juga, perlindungan pangan strategis harus menjadi prioritas dan Indonesia harus memiliki badan penegakan untuk masalah pangan seperti negara lain.
"Malaysia misalnya, mereka punya landasan hukum yang kuat untuk pengendalian harga pangan dan untuk tegakkan UU tersebut dia memiliki badan khusus untuk menjaga kestabilan harga di negaranya," pungkasnya.
Berdasarkan riset mereka, Faisal mewanti-wanti pemerintah agar berhati-hati terhadap harga pangan di pasaran. Seperti dirasakan, harga pangan di pasaran selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri mengalami kenaikan tajam. Terutama harga daging sapi yang saat ini rata-rata Rp120.000 per kilogram.
"Prediksi BI pada pekan pertama Juni 2016, inflasi umum 0,59%. Ini peningkatannya signifikan sekali," kata Faisal di Kantor Core Indonesia, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Secara historis, dia bercerita, harga pangan atau inflasi volitile food menjadi pedorong utama sehingga menyebabkan fluktuasi di momen Ramadhan tinggi sekali.
"Bahkan mungkin untuk inflasi pangan saja di Juni-Juli bisa di atas 1%," ujar Faisal. (Baca: BPS: Angkutan Dalam Kota Bisa Sebabkan Inflasi)
Di sini, stabilisasi harga harus dijaga dan pemerintah tidak bisa hanya berperan sektoral. Yang harus diingat juga, perlindungan pangan strategis harus menjadi prioritas dan Indonesia harus memiliki badan penegakan untuk masalah pangan seperti negara lain.
"Malaysia misalnya, mereka punya landasan hukum yang kuat untuk pengendalian harga pangan dan untuk tegakkan UU tersebut dia memiliki badan khusus untuk menjaga kestabilan harga di negaranya," pungkasnya.
(ven)