Brexit Tak Akan Ganggu Perdagangan Indonesia-Inggris
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, perdagangan dari atau ke Indonesia-Inggris tidak perlu dikhawatirkan menyusul putusan negeri ratu Elizabeth tersebut hengkang dari Uni Eropa (Brexit).
Pasalnya, kegiatan ekspor-impor Indonesia ke negara tersebut relatif kecil jika dibanding dengan negara-negara Uni Eropa secara keseluruhan.
Seperti diketahui, pasca hengkangnya Inggris dari Uni Eropa mengakibatkan ketakutan-ketakutan tersendiri untuk beberapa negara khususnya mitra dagang Inggris. Pasalnya, selama 40 tahun lebih, ekonomi dan politik Inggris kuat karena menjadi bagian dari Uni Eropa.
"Kita lihat ekspor Indonesia ke Inggris relatif kecil dari total ekspor kita ke Uni Eropa. Angkanya paling less then 1% kira-kira. Jadi tidak perlu khawatir. Karena dampaknya belum akan terlihat dalam jangka pendek ini," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (25/6/2016).
Meski Inggris telah memutuskan keluar dari kelompok yang memberikan andil besar untuk negaranya, namun Inggris masih harus membuat kesepakatan-kesepakatan penting lainnya pasca mundurnya negara tersebut dari Uni Eropa.
"Meskipun sudah ada keputusan Brexit, dia tidak bisa mundur begitu saja. Banyak PR yang mesti dikerjakan antara lain, kesepakatan lagi mengenai trade biaya, bea masuk dan segala macam, antara Inggris UK dan Uni Eropanya secara khusus," kata Josua.
Atas dasar itu, Indonesia seharusnya bisa tetap tenang dengan adanya kenyataan tersebut, karena implikasi langsungnya untuk Indonesia tidak signifikan.
"Tidak terlalu besar implikasinya untuk Indonesia. Karena kita juga stabil-stabil saja kemarin. Rupiah juga cukup stabil meskipun ada penurunan, dan indeks saham juga relatif aman," pungkasnya.
Pasalnya, kegiatan ekspor-impor Indonesia ke negara tersebut relatif kecil jika dibanding dengan negara-negara Uni Eropa secara keseluruhan.
Seperti diketahui, pasca hengkangnya Inggris dari Uni Eropa mengakibatkan ketakutan-ketakutan tersendiri untuk beberapa negara khususnya mitra dagang Inggris. Pasalnya, selama 40 tahun lebih, ekonomi dan politik Inggris kuat karena menjadi bagian dari Uni Eropa.
"Kita lihat ekspor Indonesia ke Inggris relatif kecil dari total ekspor kita ke Uni Eropa. Angkanya paling less then 1% kira-kira. Jadi tidak perlu khawatir. Karena dampaknya belum akan terlihat dalam jangka pendek ini," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (25/6/2016).
Meski Inggris telah memutuskan keluar dari kelompok yang memberikan andil besar untuk negaranya, namun Inggris masih harus membuat kesepakatan-kesepakatan penting lainnya pasca mundurnya negara tersebut dari Uni Eropa.
"Meskipun sudah ada keputusan Brexit, dia tidak bisa mundur begitu saja. Banyak PR yang mesti dikerjakan antara lain, kesepakatan lagi mengenai trade biaya, bea masuk dan segala macam, antara Inggris UK dan Uni Eropanya secara khusus," kata Josua.
Atas dasar itu, Indonesia seharusnya bisa tetap tenang dengan adanya kenyataan tersebut, karena implikasi langsungnya untuk Indonesia tidak signifikan.
"Tidak terlalu besar implikasinya untuk Indonesia. Karena kita juga stabil-stabil saja kemarin. Rupiah juga cukup stabil meskipun ada penurunan, dan indeks saham juga relatif aman," pungkasnya.
(izz)