Akibat Brexit, S&P Turunkan Peringkat Inggris
A
A
A
LONDON - Lembaga pemeringkat internasional S&P menurunkan peringkat Inggris menjadi "AA" dari "AAA", dengan outlook negara "negatif". Penurunan rating tertinggi tersebut dilakukan menyusul referendum mengejutkan dari Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa (Brexit), pekan lalu.
"Menurut pendapat kami, hasil ini adalah seminal event, dan akan menyebabkan kerangka kebijakan kurang dapat diprediksi, kurang stabil, dan efektif di Inggris," ujar S&P dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (28/6/2016).
"Kami telah menilai kembali pandangan dari penilaian kelembagaan UK dan sekarang tidak lagi menganggapnya sebagai kekuatan dalam penilaian kami," katanya.
"AA" masih rating solid, namun penurunan ini menunjukkan bahwa S&P kurang percaya atas kemampuan Inggris membayar utang menyusul suara Brexit.
Selama akhir pekan, beberapa analis memperingatkan tentang risiko resesi akan memukul negara, di mana analis Goldman Sachs memperkirakan satu tahun ke depan.
S&P menambahkan, suara "tetap" di Skotlandia dan Irlandia Utara menciptakan masalah konstitusional yang lebih luas untuk seluruh negeri. Badan ini menunjukkan risiko peran pound sebagai mata uang cadangan; menderita dengan terjun terbesar yang pernah ada terhadap USD, Jumat lalu.
"Prospek negatif mencerminkan risiko prospek ekonomi, kinerja fiskal dan eksternal, serta peran poundsterling sebagai mata uang cadangan, serta risiko terhadap integritas konstitusional dan ekonomi dari Inggris jika ada referendum lain pada kemerdekaan Skotlandia," kata S&P.
"Menurut pendapat kami, hasil ini adalah seminal event, dan akan menyebabkan kerangka kebijakan kurang dapat diprediksi, kurang stabil, dan efektif di Inggris," ujar S&P dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (28/6/2016).
"Kami telah menilai kembali pandangan dari penilaian kelembagaan UK dan sekarang tidak lagi menganggapnya sebagai kekuatan dalam penilaian kami," katanya.
"AA" masih rating solid, namun penurunan ini menunjukkan bahwa S&P kurang percaya atas kemampuan Inggris membayar utang menyusul suara Brexit.
Selama akhir pekan, beberapa analis memperingatkan tentang risiko resesi akan memukul negara, di mana analis Goldman Sachs memperkirakan satu tahun ke depan.
S&P menambahkan, suara "tetap" di Skotlandia dan Irlandia Utara menciptakan masalah konstitusional yang lebih luas untuk seluruh negeri. Badan ini menunjukkan risiko peran pound sebagai mata uang cadangan; menderita dengan terjun terbesar yang pernah ada terhadap USD, Jumat lalu.
"Prospek negatif mencerminkan risiko prospek ekonomi, kinerja fiskal dan eksternal, serta peran poundsterling sebagai mata uang cadangan, serta risiko terhadap integritas konstitusional dan ekonomi dari Inggris jika ada referendum lain pada kemerdekaan Skotlandia," kata S&P.
(dmd)