Brexit Diklaim Tak Akan Rusak Ekonomi China
A
A
A
BEIJING - Brexit alias British Exit memang telah mengguncang pasar global, namun China telah memperlihatkan relatif tidak terpengaruh. Menurut Pendiri dan CEO China Beige Book International sebuah perusahaan survei terkemuka yakni Leland Miller mengatakan keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) tidak akan mempengaruhi ekonomi China.
Meski begitu dia menerangkan masih ada banyak variable-variable yang mungkin berpengaruh kepada negosiasi ulang perdagangan atau perlambatan ekonomi global yang mungkin memaksa China memacu stimulus. Pada akhirnya lanjut dia sulit untuk berspekulasi mengenai dampak potensial Brexit dalam beberapa tahun kedepan terhadap pasar global.
"Hal ini jelas hal baru. Semua orang akan berpikir bahwa ada perubahan besar secara global. Namun saya prediksi hal itu tidak akan berpengaruh terhadap rata-rata bisnis di China," jelas Miller seperti dilansir Reuters, Kamis (30/6/2016).
Musim panas lalu, pasar saham China mengalami kejatuhan sangat dalam saat Shanghai Composite turun hingga 8,5% dalam satau hari ketika investor menumpuk uang ke ekuitas China di tengah perlambatan ekonomi dan perusahaan. Kini Miller mengklaim perekonomian China telah jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Hal ini didorong oleh perbaikan layanan dan industri konstruksi, untuk membuat China mencetak tren pertumbuhan monderat. "Pasar kemungkinan hanya sedikit kaget mengingat semua efek negatif pasca referendum Brexit," lanjutnya.
Pendorong ekonomi dipicu keputusan pemerintah memotong suku bunga dinilai mulai memberikan dampak kepada perekonomian Cina kuartal ini. "Akhirnya ada tanda-tanda efektif stimulus fiskal. Kita akan lihat berapa kuartal hal ini dapat bertahan," tandasnya.
Meski begitu dia menerangkan masih ada banyak variable-variable yang mungkin berpengaruh kepada negosiasi ulang perdagangan atau perlambatan ekonomi global yang mungkin memaksa China memacu stimulus. Pada akhirnya lanjut dia sulit untuk berspekulasi mengenai dampak potensial Brexit dalam beberapa tahun kedepan terhadap pasar global.
"Hal ini jelas hal baru. Semua orang akan berpikir bahwa ada perubahan besar secara global. Namun saya prediksi hal itu tidak akan berpengaruh terhadap rata-rata bisnis di China," jelas Miller seperti dilansir Reuters, Kamis (30/6/2016).
Musim panas lalu, pasar saham China mengalami kejatuhan sangat dalam saat Shanghai Composite turun hingga 8,5% dalam satau hari ketika investor menumpuk uang ke ekuitas China di tengah perlambatan ekonomi dan perusahaan. Kini Miller mengklaim perekonomian China telah jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Hal ini didorong oleh perbaikan layanan dan industri konstruksi, untuk membuat China mencetak tren pertumbuhan monderat. "Pasar kemungkinan hanya sedikit kaget mengingat semua efek negatif pasca referendum Brexit," lanjutnya.
Pendorong ekonomi dipicu keputusan pemerintah memotong suku bunga dinilai mulai memberikan dampak kepada perekonomian Cina kuartal ini. "Akhirnya ada tanda-tanda efektif stimulus fiskal. Kita akan lihat berapa kuartal hal ini dapat bertahan," tandasnya.
(akr)