Brexit Diyakini George Soros Percepat Kedatangan Krisis Keuangan

Kamis, 30 Juni 2016 - 20:11 WIB
Brexit Diyakini George...
Brexit Diyakini George Soros Percepat Kedatangan Krisis Keuangan
A A A
BRUSSELS - Miliarder George Soros menyakini keputusan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) atau brexit telah mempercepat kedatangan krisis keuangan global seperti halnya pada periode 2007 dan 2008. Hal ini disampaikan Soros saat berpidato di depan hadapan Parlemen Eropa di Brussels.

"Hal ini sering diungkapkan dalam gerakan lamban (krisis keuangan), tapi Brexit akan mempercepat hal itu. Mungkin akan memperkuat tren deflasi yang sudah lazim," ucap miliarder asal asal Amerika Serikat, Kamis (30/6/2016).

(Baca Juga: Miliarder George Soros Ramal Inggris Menderita Usai Brexit)

Soros merupakan sosok yang dikenal karena pernah melumpuhkan Bank Sentral Inggris pada 1992, untuk mencetak keuntungan sebesar USD1 Miliar setelah bertaruh untuk kejatuhan poundsterling. Dia juga pernah memperingatkan perlambatan ekonomi China hampir tidak dapat dihindari pada awal krisis keuangan.

Menurutnya sistem perbankan Eropa belum pulih dari krisis keuangan dan sekarang bakal kembali diuji. "Kita tahu apa yang perlu dilakukan. Sayangnya perselisihan politik dan ideologi dalam zona euro telah berlangsung dan mekanisme stabilitas Eropa sebagai penahan," katanya.

Para investor sempat memperingatkan sebelum referendum Inggris bahwa kemungkinan pounds bisa merosot lebih dari 20% terhadap dolar Amerika Serikat (USD), jika Inggris meninggalkan UE. Terbukti usai jejak pendapat Brexit usai, pounds ambruk ke level terburuk dalam 31 tahun terakhir.

Dia menerangkan hipoteis tersebut telah menjadi sangat nyta. "Poundsterling jatuh, Skotlandia mengancam untuk melepaskan diri (UE) dan beberapa orang yang mendukung Brexit sudah mulai menyadari masa-masa sulit yang harus dihadapi negaranya dan mereka sendiri secara pribadi," lanjutnya.

Lanjut dia menjelaskan bahwa wilayah euro lebih tertinggal dibandingkan daerah lain terkait pemulihan dari krisis keuangan terakhir. "Karena membatasi kebijakan fiskal, saat ini mereka harus bersaing dengan perlambatan yang akan datang," tutup Soros.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8191 seconds (0.1#10.140)