Desain Stasiun Kereta Cepat di Halim Andalkan Google Maps
A
A
A
JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) hingga saat ini belum mendapatkan restu dari Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara (AU) untuk menggunakan lahan TNI AU di wilayah Halim Perdanakusuma. Akibatnya, rancangan dan desain stasiun untuk kereta cepat pun hanya mengandalkan Google Maps.
Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan menuturkan, pihaknya saat ini tengah dalam proses mediasi dengan TNI AU dan Kementerian Pertahanan. Pihaknya berharap dapat diizinkan memanfaatkan lahan di kawasan Halim untuk membangun stasiun.
"Terkait masalah Halim, juga masih proses mediasi. Kami sudah rapat di Mabes TNI AU, ada di Kemenhan. Intinya kami terus mengerucut untuk mediasi izin pemanfaatan lahan di kawasan Halim untuk stasiun. Mudah-mudahan kita bisa dapat lampu hijau dari Kemenhan dalam hal ini TNI AU," katanya di Kawasan Setiabudi, Jakarta.
Menurutnya, untuk mendapatkan izin menggunakan lahan di Halim, KCIC harus memenuhi syarat yang diajukan TNI AU. Sambil menunggu restu, proses rancang bangun pun terpaksa hanya menggunakan Google Maps.
"Memang saat ini kami masih siapkan rancangan berdasarkan data dan pakai googlemaps. Karena kami masih belum bisa msuk ke wilayah TNI AU. Kami sangat menghormati keputusan tersebut. Sehingga kami merancang konsep stasiun melalui googlemaps," pungkasnya.
Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan menuturkan, pihaknya saat ini tengah dalam proses mediasi dengan TNI AU dan Kementerian Pertahanan. Pihaknya berharap dapat diizinkan memanfaatkan lahan di kawasan Halim untuk membangun stasiun.
"Terkait masalah Halim, juga masih proses mediasi. Kami sudah rapat di Mabes TNI AU, ada di Kemenhan. Intinya kami terus mengerucut untuk mediasi izin pemanfaatan lahan di kawasan Halim untuk stasiun. Mudah-mudahan kita bisa dapat lampu hijau dari Kemenhan dalam hal ini TNI AU," katanya di Kawasan Setiabudi, Jakarta.
Menurutnya, untuk mendapatkan izin menggunakan lahan di Halim, KCIC harus memenuhi syarat yang diajukan TNI AU. Sambil menunggu restu, proses rancang bangun pun terpaksa hanya menggunakan Google Maps.
"Memang saat ini kami masih siapkan rancangan berdasarkan data dan pakai googlemaps. Karena kami masih belum bisa msuk ke wilayah TNI AU. Kami sangat menghormati keputusan tersebut. Sehingga kami merancang konsep stasiun melalui googlemaps," pungkasnya.
(akr)