Alasan BPR Belum Turunkan Suku Bunga Simpanan dan Kredit
A
A
A
JAKARTA - Meskipun suku bunga penjaminan telah diturunkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada pertengahan puasa lalu, namun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih belum menyikapinya dengan menurunkan suku bunga simpanan atau kredit. Alasannya, persaingan menjadikan mereka enggan melakukan penyesuaian.
Ketua Perhimpunan BPR Indonesia (Perbarindo) Yogyakarta, Ascar Setiyono mengungkapkan, suku bunga penjaminan sudah diturunkan, namun bagi BPR hal tersebut tidak serta merta melakukan penurunan terhadap produk mereka. Kemungkinan besar BPR masih akan bertahan pada suku bunga saat ini baik untuk simpanan ataupun kredit yang disalurkan.
"Di tengah persaingan perbankan yang cukup ketat, BPR masih harus mempertahankan suku bunga simpanan yang cukup tinggi. Agar banyak masyarakat yang menyimpan dananya di BPR," ujarnya, Minggu (17/7/2016).
Karena suku bunga simpanan masih tinggi maka kemungkinan besar untuk menurunkan suku bunga kredit juga masih menjadi wacana. Suku bunga simpanan yang masih tinggi, otomatis biaya yang mereka keluarkan juga masih tinggi pula.
Ascar mengakui, kondisi BPR saat ini kian sulit di tengah industri perbankan pada umumnya yang melakukan penurunan suku bunga kredit. Banyak bank umum yang sudah mulai melakukan penurunan suku bunga menjadi singgle digit sebenarnya merupakan rambu-rambu bagi BPR untuk melakukan hal sama. Tapi hal tersebut belum bisa dilakukan dalam waktu dekat karena di satu sisi BPR juga harus meningkatkan kinerja mereka.
Tahun ini, kredit yang diluncurkan oleh kalangan BPR mengalami perlambatan. Kondisi ekonomi yang belum begitu berpihak pada industri perbankan menjadi penyebab utama.
Alokasi kredit yang tak seperti target awal tahun membuat BPR merevisi kinerja mereka. Kini, sebagian besar dari BPR justru menjaga kualitas dari debitur mereka karena untuk mengejar kuantitas alokasi kredit memang masih mengalami kendala. "Kami masih mementingkan kualitas terlebih dahulu," tandasnya.
Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengaku tidak risau dengan keadaan BPR di tengah industri perbankan yang kian ketat. Meskipun perbankan pada umumnya sudah mulai menurunkan suku bunga kredit tetapi hal tersebut tak membuat BPR terjepit. Sebab, BPR memiliki pangsa pasar tersendiri.
"BPR punya pangsa pasar berbeda dengan bank umum sehingga BPR masih bisa bertahan," tandasnya.
Ketua Perhimpunan BPR Indonesia (Perbarindo) Yogyakarta, Ascar Setiyono mengungkapkan, suku bunga penjaminan sudah diturunkan, namun bagi BPR hal tersebut tidak serta merta melakukan penurunan terhadap produk mereka. Kemungkinan besar BPR masih akan bertahan pada suku bunga saat ini baik untuk simpanan ataupun kredit yang disalurkan.
"Di tengah persaingan perbankan yang cukup ketat, BPR masih harus mempertahankan suku bunga simpanan yang cukup tinggi. Agar banyak masyarakat yang menyimpan dananya di BPR," ujarnya, Minggu (17/7/2016).
Karena suku bunga simpanan masih tinggi maka kemungkinan besar untuk menurunkan suku bunga kredit juga masih menjadi wacana. Suku bunga simpanan yang masih tinggi, otomatis biaya yang mereka keluarkan juga masih tinggi pula.
Ascar mengakui, kondisi BPR saat ini kian sulit di tengah industri perbankan pada umumnya yang melakukan penurunan suku bunga kredit. Banyak bank umum yang sudah mulai melakukan penurunan suku bunga menjadi singgle digit sebenarnya merupakan rambu-rambu bagi BPR untuk melakukan hal sama. Tapi hal tersebut belum bisa dilakukan dalam waktu dekat karena di satu sisi BPR juga harus meningkatkan kinerja mereka.
Tahun ini, kredit yang diluncurkan oleh kalangan BPR mengalami perlambatan. Kondisi ekonomi yang belum begitu berpihak pada industri perbankan menjadi penyebab utama.
Alokasi kredit yang tak seperti target awal tahun membuat BPR merevisi kinerja mereka. Kini, sebagian besar dari BPR justru menjaga kualitas dari debitur mereka karena untuk mengejar kuantitas alokasi kredit memang masih mengalami kendala. "Kami masih mementingkan kualitas terlebih dahulu," tandasnya.
Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengaku tidak risau dengan keadaan BPR di tengah industri perbankan yang kian ketat. Meskipun perbankan pada umumnya sudah mulai menurunkan suku bunga kredit tetapi hal tersebut tak membuat BPR terjepit. Sebab, BPR memiliki pangsa pasar tersendiri.
"BPR punya pangsa pasar berbeda dengan bank umum sehingga BPR masih bisa bertahan," tandasnya.
(dmd)